Wednesday 28 May 2014

Ketika Inggris Berimaji dengan Janji


“Logic will get you from A to Z; imagination will get you everywhere.”
(Albert Einstein)

Kentang.
Penganan favorit sejak kecil dan menjadi makanan cemilan ketika saya sulit makan. Terutama kentang goreng ataupun keripik kentang. Bersama kudapan ini jugalah saya sering berkhayal untuk kehidupan selanjutnya. Setiap kunyahan diiringi bunyi ‘kriuk’ nan renyah seakan memompa oksigen ke otak dan menimbulkan simultan-simultan di luar akal sehat (saat itu) yang tentunya kadang bisa diwujudkan tapi kadang juga hanya berakhir di sebuah tulisan curhat blog.

Beranjak dewasa dikelilingi kecanggihan teknologi tentunya banyak cara mendapatkan cemilan kentang. Salah satunya buatan mister potato. Keripik tipis renyah yang setiap kepingannya sulit membuat untuk berhenti dan (tentunya) berkhayal. Inggris seperti menari dalam imaji tengah menanti kehadiran saya.

A Fairy Tale Country
Inggris buat saya seperti negeri dongeng yang kerap saya baca ketika kanak-kanak. Gedung dan bangunan bersejarah yang terawat dengan ciri khas ornamen dan keunikan tersendiri seperti letak langit-langit yang tinggi, ukiran, lukisan, hingga menara menjulang.

Lengkap dengan kisah keluarga kerajaan yang menjadi perbincangan dan konsumsi gosip internasional. Mulai dari cara berjalan hingga baju keluarga istana kerap ditiru dan menjadi tren terbaru, atau bahkan dikritik karena dianggap saru.

Inggris, negara dengan luas setengah dari luas Indonesia, tapi mampu menjadi negara penjelajah sekaligus penjajah, tetap eksis dengan gaya monarki meski kerap dicela sana-sini. Saya harus ke Inggris bukan sekedar untuk narsis tapi negeri dongeng khayalan masa kecil ini menunggu saya dengan setia karena ingin saya foto dengan gaya negeri pribumi Indonesia. When east meets west.

Big Ben, Big Dream
photo by: http://www.britainexpress.com/
Tempat pertama yang minta saya kunjungi adalah Big Ben. Sebuah menara jam besar yang pada mei 2014 usianya sudah 155 tahun, dengan popularitasnya tidak kalah tenar dibanding para pangeran dan putri yang tinggal di Istana Buckingham. Menara ini juga menjadi ikon penanda setting London pada setiap video atau film. Ini yang kujanjikan pada Big Ben bila bertemu dengannya.

Saya akan membuat foto menghadap menara, lalu kamera diambil dari belakang dengan foreground shoot. Jadi yang terlihat hanya punggung saya tengah menatap menara jam. Itu seperti “Hai Big Ben, I’m here and made my promise to see you. Do you miss me?

photo  by: http://roadsofstone.com/
Dan saya harus naik ke atas paling puncak dari Big Ben ini (semoga ada lift. Amin.) melihat luas pemandangan kota dari puncak menara. Big Ben pengen saya berfoto di dalam puncak menara. Pernah nonton film Hugo? Seorang anak yang tinggal di dalam menara jam? Nah, Big Ben menjanjikan visual mesin dan roda gigi jam yang berputar lebih indah daripada yang disajikan di film Hugo. Big Ben bilang, ini tantangan buat saya bisa dapat foto keren atau tidak diantara roda gigi mesin jam yang berputar.

Dari sini, saya harus berlari mengejar matahari terbenam dari tepi sungai Thames. Saya janji bertemu seseorang disini. Hanya sebentar menyapa. Yaitu ketika matahari mulai terbenam. Saya tidak bisa bilang orangnya karena itu rahasia. Yang jelas dia sangat berarti dalam hidup saya karena ada bagian dari hidup saya yang harus saya berikan kepadanya yang divonis hidup singkat. Dia bilang setelah matahari terbenam dia mau menggandeng saya berjalan ke London Eye dan menunjukkan sesuatu yang tidak mungkin didapat oleh orang-orang yang berkunjung ke sini. Ada sesuatu yang harus dia berikan kepada saya dari atas ketinggian 135 meter atau ketika ferris wheel raksasa ini berada di puncak.

7 Icon 7 Miracle
Big Ben hanya satu dari 7 ikon di Inggris yang wajib saya kunjungi. Katanya kalau tidak ditemui, saya bisa kualat. Dari Big Ben, ada istana Buckingham yang maksa banget untuk saya datangi.

Terdiri dari 775 ruangan, dengan 19 ruang utama dan 52 kamar tidur utama dan tamu, 188 kamar tidur staf istana, 92 ruangan kantor, 78 kamar mandi (*tarik nafas) kebayang kan kalau mengelililngi istana ini. Tadinya saya diminta bawa gaun putri ala Barbie untuk foto keluarga disini. Tapi gaun itu pasti menguras ruang di koper. Jadi saya tawar gimana kalau saya pakai kebaya saja. Lebih Indonesia dan tidak usah pakai sanggul. Ternyata keluarga istana setuju.
photo by: http://www.visitlondon.com/

Janji saya, setiap ruang di istana akan diabadikan. Mulai dari gerbang, tangga, lobi, selasar, jendela, pintu sampai taman dan labirin, wajib dipotret menandakan 'east meets west' terhadap kebaya yang saya gunakan soalnya mereka bilang sudah bosan dengan tipikal gaun eropa. Pengen sesuatu yang beda. Pihak istana bilang saya harus bawa batik dan kebaya karena itu yang membedakan saya dengan orang-orang Indonesia yang sebelumnya berkunjung ke istana. Saya pun dijanjikan minum teh sore di ruangan ini lho karena Ratu suka sekali teh yang saya bawakan khusus dari dataran tinggi di daerah selatan bandung, Jawa Barat.

Oh iya, ke sini harus bawa saya karena cuma sama saya pihak istana mau memberikan akses pintu rahasia. Iya. Pintu rahasia. Pintu ini melewati lorong-lorong dengan penerangan obor yang menyala ketika saya (ingat harus saya) menjentikkan jari. Lalu ada kode rahasia. Disini kita bisa masuk ke ruangan para putri dan pangeran ketika bersembunyi. Keren kan? Terus, kuncinya ada pada orang yang harus saya temui ketika matahari terbenam di tepi sungai Thames.

Dari istana Buckingham, saya harus membawa ‘sesuatu’ lagi menuju Westminster Abbey. Sebuah masterpiece bangunan berarsitektur khas yang dibuat pada abad ke-13 hingga ke-16 dan kerap disebut sebagai ‘Parish Church of the World.” Tapi syaratnya saya harus melewati ‘Abbey Road’ dan ‘221B Baker Street’.

photo by: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/
Abbey Road tidak sekedar dikenal dengan jalannya yang menjadi cover ‘The Beatles’ yang sedang menyeberang jalan, tapi juga menjadi legenda sebagai studio musik ke-11 di Inggris. Terakhir, musisi band Indonesia, GIGI, melakukan rekaman disini. Nah saya harus menyeberang jalan persis yang dilakukan personel The Beatles untuk mendapat petunjuk pada salah satu tiang lampu di pinggir jalan ini yang akan memberikan petunjuk selanjutnya menuju 221B Baker Street.

221B Baker Street dikenal sebagai alamat detektif Sherlock Holmes, karakter yang dibuat oleh Sir Arthur Conan Doyle. Tempat ini punya ciri khas dibandingkan bangunan lain di sekitarnya. Di sinilah saya sedang ditunggu seseorang (lagi) untuk menyampaikan ‘sesuatu’ yang diberikan seseorang yang saya temui di tepi sungai Thames. Oh iya, pihak 221B Baker Street juga berjanji akan mengajak saya ke ruang rahasia Holmes. Tapi syaratnya harus bawa saya.

Kesimpulan : kenapa saya harus ke Inggris? Karena banyak rentetan ‘sesuatu’ yang harus saya selesaikan dari sejumlah orang yang harus saya temui di pelbagai tempat yang ada di Inggris. Bebas sih bilang saya hanya berkhayal, tapi satu hal yang saya yakini sejak dulu bahwa apa yang kita hadapi hari ini adalah apa yang kita khayalkan di masa lalu. Mimpi itu adalah realita yang tertunda. Sampai jumpa di Inggris, kawan.

No comments:

Post a Comment