Friday 30 December 2011

Desember: Natal, Santa & Pejabat Negara


Desember adalah bulan paling akhir dari penanggalan satu tahun. Ada dua hal yang terlintas di benak saya saat memasuki bulan desember, yaitu Natal dan Santa Claus. Saya muslim dan tinggal di negara Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Tapi setiap bulan desember datang, saya pasti selalu menunggu ada “kejutan” apalagi tahun ini.

Ada dua kejutan juga yang paling saya nantikan setiap desember tiba, yaitu hiasan pohon natal unik dan film bertema natal. Dari membuat pohon natal tertinggi, hingga kreatifitas membuat pohon natal dari bahan-bahan unik. Seperti di Jepang, tahun ini ada yang membuat pohon natal dari emas setinggi dua koma empat meter, yang nilainya mencapai lebih dari tujuh belas milyar rupiah. Di pusat perbelanjaan di ibukota Jakarta pun tak mau ketinggalan. Aneka pohon natal tak sekedar dari pohon cemara imitasi berwarna-warni, tapi juga bahan-bahan unik. Seperti dari 40 box file, bahan-bahan daur ulang, dan lain-lain. Daerah-daerah di Indonesia pun tak mau kalah. Kreatifitas membuat pohon natal terus mengalir dan berganti setiap tahunnya.

Sementara kalau film bertema natal, tahun ini pilihan saya jatuh pada “Arthur Christmas”. Film yang bercerita tentang tiga generasi keluarga santa dan menggabungkan kecanggihan teknologi terkini, tapi punya makna tentang arti keluarga yang sebenarnya.

Beberapa usai nonton film Arthur Christmas, saya tak sengaja membuka situs voanews.com dan  langsung terhenti di artikel dengan judul “Ibu Negara Amerika Bantu Lacak Sinterklas”. Wow! Entah ini kebetulan atau tidak, tapi yang pasti artikel pendek satu halaman di situs voa menjadi cerita panjang dalam diri saya. Imajinasi saya pun melambung, membayangkan adegan Michelle Obama tengah duduk dan mengangkat telfon. Lalu siapa saja anak-anak yang beruntung itu? Bagaimana reaksi mereka saat yang mengangkat telfon berujar, “Ya..hallo..ini Michelle Obama, ibu negara. Saat ini Santa sedang menuju....” Andai saya adalah anak itu, yang pasti saya tidak jadi bertanya tentang keberadaan Santa, tapi justru teriak “Mom, yang jawab telfonnya ibu negaraaaa!!!” sambil teriak jejingkrakan.

Bicara soal pelacakan keberadaan Santa dari artikel VOA di atas, saya jadi menelusuri sejarah NORAD dari situsnya www.noradsanta.org dan mengetahui bahwa peristiwa yang berkelanjutan itu berawal dari selebaran berisi nomor telfon Santa yang ternyata nyasar ke Komando Pertahanan Wilayah Udara Amerika Utara (NORAD) di tahun 1955. Setiap tahun, pejabat-pejabat NORAD bergantian menjawab telfon anak-anak. Dan tahun ini, 2011, ibu negara Amerika Serikat yang langsung turun tangan. Sesuatu yang sederhana, hanya meluangkan waktu beberapa menit, tapi bagi anak-anak itu sangat membekas. Karena saya pernah jadi anak-anak dan tahu betul kebanggaan anak dari daerah yang betapa senangnya bisa salaman dan dielus kepalanya oleh seorang Kepala Negara.

Tapi saya jadi berpikir, benarkah Santa ada? Dari film “Arthur Christmas” Santa tidak boleh terlacak keberadaannya, terutama saat menaruh hadiah di rumah anak-anak. Tapi NORAD dan ibu negara justru menerima telfon dari anak-anak dan ikut melacak santa. Hal ini membuat saya ikut-ikutan melacak Santa. Dari browsing di internet dan situs wikipedia, Santa Claus adalah kisah lama tentang seorang Santo Kristiani bernama Nikolas dan dari dewa Norwegia bernama Odin. Lambat laun, nama santa berubah, seiring setiap negara di Eropa dan Amerika Serikat mengadaptasi kisah Santa. Orang Amerika menggambarkannya lewat orang tua bertubuh tambun, janggut putih panjang, baju merah, pipi merah, sinar mata yang hangat, selalu riang dan tertawa “HO HO HO”. Santa pun dianggap mitos yang sepanjang tahun bekerja membuat mainan di kutub utara untuk hadiah malam natal bagi anak-anak yang tahun itu bersifat baik.

Terlepas dari benar tidaknya keberadaan Santa, dari film bertema santa, artikel VOA, dan penelusuran di internet, pemikiran saya yang masih kerdil ini menyimpulkan, bahwa setiap orang bisa menjadi Santa. Dan siapa saja yang berbuat kebaikan, pasti mendapatkan hal-hal yang baik.

Saya malah berpikir, apakah Michelle Obama mendapat telfon dari anak yang sangat menyentuh? Atau ada berapa kepala negara dan pejabat negara yang berhubungan langsung dengan rakyatnya? Tanpa tedeng aling-aling, penjagaan ketat, birokrasi dan protokoler? Padahal penelitian ilmu psikologi maupun kedokteran yang pernah saya baca, berbicara, bertatap muka dan sentuhan langsung, punya makna lebih bagi seorang manusia daripada tumpukan uang.

Di Indonesia, di bulan desember, seorang menteri BUMN bernama Dahlan Iskan naik commuter line dari stasiun manggarai setelah ketinggalan kereta ekonomi. Lalu di stasiun bogor, Dahlan mampir ke warung pinggir jalan dan makan soto. Meski tak lama, karena Dahlan harus menghadiri rapat kabinet di Istana Bogor, maka ia pun memanggil ojek motor. Eh, masih ada saja masyarakat Indonesia yang menilai sang menteri “cari perhatian”. Bukannya mau membela, tapi dari video yang terekam, wartawan tersebut tidak mengetahui sang menteri naik ojek menuju istana bogor. Lagipula sang menteri menolak diwawancara dan cuma tersenyum. Bukannya menandakan Dahlan tidak “banci tampil” atau hanya setting-an belaka? Toh, kita tinggal tunggu hasil konkritnya saja setelah sang menteri mencicipi jalur transportasi rakyat. Hal seperti ini sudah pernah dilakukan menteri perhubungan di singapura yang sengaja berdiri di stasiun MRT untuk melihat transportasi kebanggaan negara merlion itu. Gambar sang menteri pun terekam cctv dan setelah beberapa jam sang menteri berdiri, baru ada beberapa warga yang sadar akan kehadirannya. Itu adalah sidak yang benar. Tanpa protokoler, penjagaan ketat, maupun wartawan media massa yang komplit. Tapi tentunya dilanjutkan dengan hasil yang konkrit, jangan sekedar sidak lalu cuma sampai tahap “tahu” atau “nanti dipertimbangkan”.

Desember, natal, Santa dan pejabat negara ternyata seperti satu kesatuan dan bisa saling berhubungan dan bermanfaat. Desember adalah bulan di penghujung tahun dimana biasa dipakai buat introspeksi diri, bukan menghabiskan anggaran negara untuk iklan. Bukannya lebih baik berbuat seperti Santa? Berbagi kasih di hari yang indah (Natal) untuk rakyat yang baik. Dari hal kecil seperti yang dilakukan ibu negara dengan menerima telfon, penyediaan makanan bagi para tunawisma, menghibur anak-anak panti asuhan atau lansia di panti jompo, hingga mengabulkan permohonan seseorang yang sangat bermanfaat bagi kehidupannya. Tindakan yang tepat sasaran dan pasti membekas di hati.

Semua orang bisa menjadi santa, tak harus berbuat baik di hari raya atau hari khusus, karena kebaikan selama setahun pasti akan terbalas dengan sendirinya dan terkadang dengan cara yang tidak kita duga. Selamat Natal dan Tahun Baru. Damai di hati, damai di bumi, bahagia semesta.



10 comments:

  1. OOOOo saya dah Pensiun....hehehe

    ReplyDelete
  2. lho? Pak De pensiun jadi Santa ta? hehehe

    ReplyDelete
  3. wah...eks santa bukan Ho Ho Ho...tapi "weleh" toh...hihihihi selamat tahun baru 2012, pak De...sing sehat sejahtera dan bahagia.. :))

    ReplyDelete
  4. Apakabar taun baru?? banyak kerjaan, sehat kamu Prim...??

    ReplyDelete
  5. kabar baik, pak De.. Alhamdulillah tetap banyak kerjaan meski kebanyakan di belakang komputer..dan agak flu karena AC kantor yang menggila saat hujan & sering kehujanan..awal tahun beberapa daerah di Indonesia banjirrrr.....

    ReplyDelete
  6. Banjir di RI kan biasa, habis Hutan ditebang, Dam gak dibangun, sungai untuk buang kotoran...mana tahaaaaannnnnnnnnnn....Pilek di mana² yak Prim...semoga cepat sembuh...sering minum Vitamin C...

    ReplyDelete
  7. hahahaha iya pak De.. jaga kesehatan juga pak.. :))

    ReplyDelete
  8. Pilek dah m,enghilang hanya tinggal batuk sedikit...cuman sekarang Berlin sedang dilanda badai..Andre...

    ReplyDelete
  9. sama dong di Jakarta hujan deras angin kencang banyak pohon tumbang dan papan reklame roboh... Berlin badai apa, pak De? Andre...kenapa?

    ReplyDelete