Saturday 17 October 2009

Sutasoma

Rating:★★★
Category:Books
Genre: History
Author:Cok Sawitri
novel adaptasi dari buku karangan mpu tantular "sutasoma" yang mempunyai judul asli "porusadha" ini mengangkat cerita tentang raja yang harus memberantas korupsi tanpa pandang bulu, yang justru paling berat adalah melawan keluarganya sendiri, para paman, bibi dan keponakan. semua berawal ketika sang raja menjemput putra mahkota dari pengasingan bibi suri dan melihat kekacauan di pinggir-pinggir kota, mulai dari benteng2 pertahanan yang tidak terawat (padahal dana perbaikan dan pembaruan terus mengalir), kemiskinan merajalela karena rakyat yang pailit karena gagal panen tetap dimintai pajak, atau puri-puri para pejabat yang lumbung2nya justru dipenuhi padi dan emas. pemandangan jauh berbeda yang membuat raja dengan tegas menindak keluarganya sendiri melalui prajurit siva bela (mungkin KPK sekarang kali ya....)
putra mahkota tumbuh sebagai anak yang cerdas dan belum dipengaruhi apapun termasuk teracuni makanan karena berguru dan belajar. hingga memenangi pertandingan yang seharusnya belum cukup umur.
putra mahkota tumbuh dan menjadi raja dalam keterpaksaan karena ayahanda meninggal tiba-tiba. sang pangeran kemudian pelan-pelan menaklukkan negara-negara tetangga yang kaya dan menganggap negerinya lemah tanpa adanya jatuh korban. tidak ada rakyat yang menderita, tidak ada kelaparan, tidak ada pertumpahan darah. nazar si pangeran adalah mengumpulkan 100 raja untuk dipersembahkan kepada Siwa dan menerapkan dharma negara dan agama. maka pangeran pun dijuluki "porusadha" atau si pelahap kepala raja.
hingga untuk membulatkan jumlah tersebut, porusadha harus mengambil alih raja hastina, sutasoma, yang dikenal lembut dan tidak pernah marah.
sutasoma yang mengerti maksud dan tujuan porusadha justru menghalangi pasukannya untuk melawan porusadha.
sutasoma dan porusadha akhirnya memutuskan untuk menemui Siwa dan meminta pengampunan.

baik porusadha, sutasoma dan siwa, bukanlah berpenampilan gahar, garang, kasar, seperti raksasa. mereka justru tenang dan tampan. tidak diceritakan hasrat porusadha terhadap wanita sedikitpun di buku ini, dia hanya memikirkan rakyatnya dan menumpas mereka yang lalim tanpa menimbulkan korban atau mengorbankan rakyat. sutasoma ditampilkan sebagai sosok yang tampan dan tidak pernah melawan dengan amarah. kelembutannya menghadapi amarah dan menahan hawa nafsu, justru membuat takluk para dewa, termasuk dewa indra dan para bidadarinya. dan Siwa sendiri diakui sebagai sosok yang terlalu tampan untuk seorang pria, dan terlalu cantik untuk seorang perempuan. Siwa ternyata bisa kompromi dan mengerti tujuan setiap orang. tidak segalak yang dipikirkan.

jangan menilai seseorang dari kulitnya. terkadang kita tidak tahu maksud seseorang berbuat kejahatan. kita tidak tahu bagaimana seseorang bisa berbuat jahat. kita hanya melihat dari luarnya saja. termasuk juga pemberitaan di media. objektifitas bukanlah luntur, tapi atas nama kepentingan pemberitaan mengarah kepada yang diinginkan kepentingan tersebut. raja seperti porusadha dan sutasoma sedang dibutuhkan negeri ini. tidak hanya mengumpulkan dana untuk pemilihan selanjutnya, tapi berbuat dulu buat rakyat sebelum mendapat untung untuk keluarga dan dirinya.

5 comments:

  1. novel sejarah ya?
    mungkin bs di kirim buat para elit politik kita, spy d baca d wkt senggang... he he

    ReplyDelete
  2. sejarah...mungkin lebih tepatnya saduran dari naskah asli Sutasoma-nya mpu Tantular...dikirim? suruh beli aja sendiri kan gajinya udah pada gede2..malah minta naik lagi..hihihihi

    ReplyDelete
  3. ya ntar minta ganti+ongkos kirim, pasti di ganti deh, kan gajinya gede :-)

    ReplyDelete
  4. he he he krisis kepercayaan blm pulih rupanya

    ReplyDelete