Friday 18 July 2008

Bukan Pasar Malam

Rating:★★★★
Category:Books
Genre: Literature & Fiction
Author:Pramoedya Ananta Toer
kisah seorang anak revolusi yang ditahan di setiap pemerintahan presiden yang berbeda pulang ke kampungnya di blora karena ayahnya sakit TBC.
disinyalir kisah ini adalah saat pram menjenguk ayahnya di blora.
gejolak anak yang ditahan dan membela revolusi dan hidup dari tulisan2nya yang sering dibredel dan justru diterbitkan di luar negeri.
tokoh "aku" terkesima melihat ayahnya yang dulu tegar, guru yang tetap menjadi guru dan tidak mau memanfaatkan kekuasaan, justru memberikan uang2nya untuk kepentingan orang lain, kini terbaling lemah dan kurus karena TBC yang di deritanya..
"andai bapak dulu menerima tawaran menjadi anggota dewan, pastilah mudah mengurus dirawat di sanatorium."
ya ironis kisah kesehatan di negeri indonesia, toh?
di tengah kecamuk rasa bersalah "aku" muncul istri yang cerewet minta pulang karena persediaan uang menipis. akankah uang menyelesaikan semua persoalan? akankah semua hal bisa terbeli dengan uang? saat terakhir menemani sang ayah menuju sang Khalik, saat terakhir bisa menyuapi sang ayah, serta saat terakhir bisa mendengar suaranya yang bercampur dengan batuk dan reak darah.
pada akhir hayatnya pun, sang guru hanya tinggal kenangan. tetap saja anak2nya harus berusaha sendiri menopang kelanjutan hidup mereka.
kelugasan dan keterbukaan pram, membuat gw salut dalam tulisannya kali ini.
kadang hidup mungkin seperti pasar malam. banyak yang datang, banyak yang pergi. kita datang satu-satu, pergi juga satu-satu, kenapa?

4 comments:

  1. Tidak semua karya Pram enak dibaca. Saya suka tetralogi Bumi Manusia, Gadis Pantai. Calon Arang, perempuan di dalam cengkeraman Militer, kurang bagus dan tidak enak dibaca.

    ReplyDelete
  2. tetralogi belum semuanya..gadis pantai, calon arang&perempuan dalam cengkeraman militer belum dibaca tuh bro....thx for the opinion..

    ReplyDelete
  3. tidak enak di baca blm tentu gak bagus kan???

    karya sekaliber pram tentu bkn kacangan!!
    karya2 pram penuh dengan sentuhan manusiawi dan humanisme, idealismenya tdk pernah padam

    ReplyDelete
  4. mungkin lebih ke bahasa yang susah dimengerti oleh kita yang di zaman sekarang...(bukan ejaan EYD nya ya...) pram menulis berdasarkan fakta, tokoh2 yg sebenarnya nyata, makanya sering dibredel karena tulisannya yang tanpa sensor dan sensitivitasnya akan keadaan bangsa.
    karya yang lebih kutakpahami itu seperti tan malaka yang harus dibaca 2-3 kali supaya tidak salah arti atau bahkan melebarkan persepsi...

    ReplyDelete