Wednesday 28 March 2012

Mendadak Nikah...!!

Cinta itu begitu sederhana. Itu yang saya pelajari dari pasangan Kak Rosida Irsyad dan mas Kasman Setiagama. Penantian yang seakan tiada akhir, berbuah hal manis yang menyejukkan jiwa meski dengan cara yang sangat sederhana. Sebuah pernikahan yang mirip "ditodong" ketimbang direncanakan. Sebuah tulisan hadiah pernikahan buat kak O dan mas Kas.



Sekitar 2 tahun lalu, suatu hari saya menginap di kontrakan Kak O di ciputat. Malam menjelang tidur, biasalah obrolan perempuan antar adik dan kakaknya bergulir. "Kapan kamu mau menikah, prim?" Aku terhenyak beberapa detik kemudian nyengir bebas sambil rebahan di sebelah Kak O, "Belum tahu, kak. Belum kepikiran sampai sekarang. hehehe"
"kakak kapan?"
"hahaha apalagi aku. Tapi aku pengen adopsi anak."
"lha, ga pengen punya anak sendiri ta?"
"lha ndak ngerti. Aku kok pengen adopsi anak."
"adopsi aku aja, kak. (nyengir)"
"halah." sedetik kemudian kak O balik badan dan mulai mendengkur meninggalkanku tidur.
Hingga hari-hari berikutnya dari Lola dan Mufti, aku mengetahui ada cinta yang tak berujung yang masih ditunggu oleh kak O. Sebuah pertautan batin dan rasa akan seseorang yang belum kukenal dan tengah berada di benua Eropa. Perkenalan dengan kak O sendiri berawal dari sebuah liputan di kampung budaya di Bogor. Bersamaan dengan perkenalan dengan Agni, Lola, Mufti, dan sederet nama-nama lain yang tak bisa kusebutkan satu per satu. Sosok kak O yang kukenal jarang marah, terlampau baik dan hobi makan.

Hingga tahun lalu, sekitar april 2011, tepat agni kembali ke Indonesia untuk penelitian ditemani lola, kami bertemu dengan sosok asing cinta yang tak berujung dari kak O. Kami memanggilnya mas Kas. Nama lengkapnya Kasman Setiagama. (Sumpah saya tertawa ngakak ketika membaca nama lengkap ini. Maaf mas Kas.) Sekalian makan siang, kami bertemu di kantin sastra UI. Sosok itu begitu unik dengan sepasang mata jenaka, tinggi, agak legam (hahaha) bin kucel, dengan rambut keriting dan topi ala pak tino sidin. Obrolan mengalir begitu saja. Lidah jawa magelang mas Kas tak kemudian lepas begitu saja meski lama merantau di Eropa. Nafsu makan kak O pun tetap normal seperti biasa. Itu berarti mengisyaratkan kenyamanan luar biasa dari kak O sehingga kelahapan akan makanan tak terganggu.

Waktu terus bergulir, mas kas pun kian akrab menjadi bagian keluarga kalibata, sebuah rumah kontrakan bang arif dan agni, markas kami ketika berbagi waktu bersama. Dalam perjalanan kak O dan mas Kas, saya belajar akan begitu sederhananya arti cinta. Tak ada yang berlebihan atau dilebih-lebihkan. Semua serba spontan tapi berarti dan bermanfaat. Sebuah jalinan yang belum (hampir) saya temui selama hidup. Masih lekat diingatan saya saat mas Kas membelikan sebuah helm, wajahnya begitu sumringah. Bukan perihal harga atau model tapi cara mas kas memberikan kak O membuat saya sumringah dan tertawa, padahal jauh di lubuk hati saya ingin menitikkan air mata bahagia. Kak O hanya menanggapi dengan senyum biasanya dan celoteh ringan "ooo..ya ya ya.." justru ini yang lucu, merasa tak terlalu ditanggapi, mas kas merubah caranya dengan membukakan bungkus, langsung mengenakan ke kepala kak O tanpa peduli kak O menolak atau tidak. Lalu mengelap helm tersebut ketika masih di kepala kak O, memamerkan kacamata hitam yang ada di dalam helm tersebut, dan tampak puas akhirnya kak O pulang dengan mengenakan helm baru darinya. Bahkan sempat menyelipkan tas helm di tas kak O.
Atau ketika kak O ulang tahun tahun kemarin, saya, mufti, sarinah, kak O dan mas kas berkumpul di kontrakan ciputat dengan menu pizza, salad dan ayam suntik ala kolonel sanders. Melihat nafsu makan kak O yang tak terbendung, mas kas sempat mengeluarkan fatwa supaya saya dan mufti bisa menerapkan semi per-diet-an buat kak O yang sudah pasti ditolak mentah-mentah oleh mufti dan saya karena kami tak sanggup. Maka saat acara perayaan ultah itu pun mas kas hanya memperbolehkan kak O makan salad pizza. Duduk di sebelah kak O, mas Kas seakan menjadi mandor yang mengontrol asupan makanan ke mulut kak O. Tapi ternyata sodara-sodara, itupun tak berhasil, sebab kak O bisa mencuri-curi makan 2 slice/potong pizza secara sembunyi-sembunyi sembari mengobrol bersama. Kami hanya sadar kenapa pizza berkurang dan barulah ketahuan setelah dijawab dengan tawa ringan kak O "hehehehe" sambil tetap mengunyah. Lengah tepat di sebelah objek penelitian itu rasanya gimanaaaaa gitu...hahahaha
Pola makan kak O yang di-amin-kan oleh adik-adiknya yang hobi makan juga, sempat membuat mas kas pasrah hingga suatu hari mas kas telpon mufti karena sakit dan meminta saya untuk mengecek peralatan tempur mufti sembari cerita kalau kak O sempat berjalan terhuyung-huyung dan memilih pegangan dengan tiang listrik (daripada dirinya) karena merasa pusing. Itulah momen saya untuk bilang "makanya jangan larang-larang kakak untuk makan apa saja. biarkan saja." ealah ternyata telpon di-loudspeaker dan terdengar oleh kak O yang terkekeh-kekeh karena merasa menang. Tapi kalian pasti setuju ketika membaca sms mas kas suatu hari menanggapi pola makan kak O di pulau seribu "meski begitu ora ngilangke trenoku secuilpun, malah nggemesin iki kok"
aku cuma ngakak baca sms itu.

Begitu sederhana cinta mereka. Sesederhana penetapan pernikahan mereka.
Yang kuingat waktu itu hari kamis, saya libur, dan menjelang gelap menuju kampus UI untuk ketemu kak O, mas kas dan anak-anak pulo untuk membicarakan liputan team ke pulau seribu karena kak O sudah menyelesaikan buku "Orang Pulo" yang bercerita tentang kehidupan masyarakat pulo seribu. Obrolan pun bergulir hingga malam larut. Menjelang tengah malam, kak O pulang dengan motor membonceng saya hingga daerah lebak bulus. Seakan tidak ada angin saat itu. Kak O pun berujar "Sepertinya nonton teater Koma Sie Jin Kwie terpaksa ditunda karena kasman harus balik ke magelang untuk menyiapkan surat-surat."
"tapi surat-surat aja kan kak? ga langsung nikah toh?"
"lha itu aku yang ga tau, karena bapakku hanya berujar lebih cepat lebih baik"
helahdalah.....apalagi ini...dulu panik ngurusin agni dan nikah mendadak di KUA hari kamis, sekarang terulang lagi ke kak O? *tepokJidat* pengen teriak sayang udah tengah malam..
Lalu hari jumat kak O sms "kami pulang besok naik kereta ke surabaya dan magelang. Persiapan semuanya. Ini aku sudah bawa kebaya dll untuk persiapan."
Panik. Cuma satu kata itu ada di benakku. Hingga senin, 19 maret kak O sms kalau sudah ke butik busana muslim untuk beli baju akad, perhiasan pinjam sodara, catering dipesan, tinggal sowan ke paklik dan pakde terdekat untuk ngundang.
Selasa, 20 maret sms kembali terkirim "Insya Allah selasa, 27 Maret jadi menikah pukul 9 pagi di rumahku di surabaya"
Yup! Baru kali ini pengen rasanya petir nyamber diri sendiri di siang bolong. Langsung menghubungi mufti jadwal menentukan jadwal libur yang ternyata cocok dan ngecek tabungan sisa keuangan ternyata...menipis!! Kamis waktunya gajian dan ternyata pending sodara-sodara karena ada laporan keuangan team liputan yang masih pending di finance. Saya pun harus putar otak.
Ternyata gaji boleh di-hold, tapi gratisan tetap jalan sodara-sodara! Tiket kereta PP Jkt-Sby pun bisa dibeli. Saya & Mufti jadi berangkat ke surabaya. Alhamdulilah....

Stasiun Gambir Senin, 26 Maret 2012 pukul 19.30 WIB
Ini adalah perjalanan pertama mufti ke surabaya naik kereta Sembrani. Dia terlihat tak sabar bahkan hampir tidak ingat makan. (ini bukannya sudah biasa ya, dek kalau kamu emang susah makan?) Di kereta pun harus disodori makan dan ditungguin sambil saya juga makan di sebelahnya. Cerita pun bergulir dari persoalan para perempuan yang sedang berada di sekeliling si bungsu yang satu ini. Hingga datang pagi, si bontot begitu senang dan tak sabar tiba di rumah kak O. Meski kereta agak terlambat 20 menit tiba di stasiun pasar turi, tapi perjalanan becak kami tidak tersendat karena demo penolakan BBM belum dimulai.

Selasa, 27 Maret 2012
Sekitar pukul 7 pagi. Kak O baru selesai dandan dan belum mengenakan jilbab begitu kami tiba. Mandi. Itu yang pertama kali kami lakukan. Sekitar pukul 8 pagi, keluarga mas Kas sudah tiba. Saya terpaksa ngakak (mohon maaf kembali mas kas) karena melihat mas Kas rapih dengan kain batik, kemeja koko putih, peci dan rambut yang sudah rapih tercukur. (yang terakhir inilah yang membuat saya tak bisa menahan tawa) tapi mas kas tetap mas kas. Meski dibalut baju kebesaran raja sekalipun sisi sederhana dan jenaka nya tak bisa lepas. Satu per satu sepupu, saudara kandung hingga orang tuanya dikenalkan kepada saya dan mufti. Tak ada raut cemas, khawatir, deg-degan (atau mudah disimpan ya, mas jadi ga kentara?) pada mas kas. Santai dan jenaka tetap ceria seperti biasanya.
Tepat pukul 9, acara dimulai. Tak usah bertele-tele, meski sempat ada pembacaan ayat Al-Qur'an dan ceramah dari Malik Fajar (Mantan Menteri Agama sekaligus Pakde mas Kas) acara akad berlangsung lancar tanpa kendala. Mufti yang mengabadikan lewat kamera ponsel karena dilarang kak O bawa kamera sebab sudah ada fotografer bayaran. Lalu dimana saya? Saya ada di pojok tenda luar (di dalam panas sekali) sambil terkantuk-kantuk disapa angin sepoi-sepoi dan tersadar ketika ada suara "Baik acara akad Alhamdulillah sudah selesai...." hahahaha
Mufti pun menghampiri saya dan memperlihatkan foto-foto kemudian mengupload di twitter untuk dikabarkan kepada agni dan lola. Agni masih berada di freiburg, jerman sementara lola terjebak dengan ekselsyit dan rapat di kantor palembang, sumsel.
Acara makan begitu menyenangkan. Nafsu makan si bontot yang biasanya susah bener seketika lancar jaya seperti jalanan ibukota di waktu libur lebaran. Mulai dari kari lontong kikil, tahu campur, hingga makanan prasmanan dan es buah disantapnya satu per satu dan perlahan hingga tandas.
Lanjut acara foto, kami sempat melihat sesi sungkem yang "beda" dari biasanya. Tangis itu biasa. Tapi tawa ikhlas melepas itu susah disembunyikan dari kedua orang tua mas Kas. Saya masih ingat ketika ayah mas Kas berujar sambil terkekeh-kekeh, "ini sungkemnya ga sekarang aja toh? nanti tetap sungkem kan?"
Walah...kalau bahasa jawanya 'Jero' atau dalem banget ini maknanya...

dan mas Kas tetaplah mas Kas. Ketika saya dan mufti sibuk di kamar membereskan barang, dia pun menghampiri dan dalam hitungan detik sudah pulas di kasur memeluk guling, masih pakai kain batik tapi berkaos putih dan hitam. BB dan charger mufti di dalam tas ransel yang ditaruh di kamar raib digondol pencuri saat keluarga sedang sibuk dengan acara akad nikah. Saya pun mencari kak O untuk mengabarkan. Sambil menenteng piring berisi bistik daging gulung, kak O menghampiri mufti dan mas kas yang tetap pulas di kamar. Suapan bistik tetap diasupkan ke mulut, meluncur lancar bersama obrolan tentang barang-barang yang hilang oleh si pengusil.

Kepada orang yang usil mengambil BB dan charger mufti, kami ikhlas kok. Do'akan kami dapat yang lebih baik ya... Amin.

Tamu masih terus berdatangan. Meski acara sudah selesai dan katering sudah mulai dibenahi. Oh ya, kata kak O, catering Sonokembang itu sudah menjadi langganan keluarga sejak 20 tahun yang lalu. Rasanya pun enak. Buktinya si bontot mufti makan lahap dan tandas. hahaha
Karena tidak mau mengganggu mas kas yang pulas, kami pindah ke teras depan duduk di sofa sambil mengobrol sementara kak O masih meladeni tamu-tamu yang terus datang. Eh tahu-tahu mas kas datang sambil menggerutu "kok ya aku ditinggalin sendirian di kamar? Siapa pula ini yang menyebarkan virus flu? srooottt... (tarik ingus)"
Saya dan mufti tertawa bareng "Lho...mas kas tidur kayak orang mati kok ditowel, dicolek kagak ada respon. Lagipula itu tidur meluk guling yang siapa tahu berdebu. Makanya pilek!"
dan seperti hanya pindah tempat, mas kas kembali mendengkur di sofa depan rumah dan tidak sadar kalau kain batiknya tersingkap hingga ke atas lutut. Kak O pun (sambil menenteng cemilan juga) menyepak dengkul mas Kas "itulho kainmu..mbok diganti celana pendek atau apa dulu sana.."
terpaksa bangun dengan mata kriyep-kriyep mas kas menjawab malas "lho memang kenapa toh? ada yang salah ta?" Hahahaha kembali saya dan mufti hanya tertawa melihat ulah kedua pengantin baru ini sembari tangan kanan kak O menarik lengan mas kas untuk masuk kamar sementara tangan kirinya tetap megang cemilan es buah.
Sekitar pukul 3 sore, aku dan mufti diajak jalan-jalan keliling komplek naik motor mampir di tempat es campur yang mangkoknya guedeee bangett...!! sembari mencicipi gorengan tempe bongkrek dan kehabisan gorengan tahu isi. Lalu menjelang maghrib pasangan unik ini mengantar saya dan mufti ke stasiun pasar turi dengan angkot merah.
Kami berpisah di pintu masuk stasiun turi. Mas kas dengan muka jenakanya berucap "yo..hati-hati.."
Tapi kak O dengan jiwa kakak tertua (diantara kami) nya berkata lirih "kalian bener ta masih punya ongkos...apa..."
"sudah...kakak tenang saja...nikmati liburan saja...kita baik-baik saja.." kami nyengir berdua sembari melambai-lambai berjalan menuju kereta sembrani.
Tepat 18.30 WIB kereta melaju menuju jakarta.

kak O dan mas Kas, terima kasih. Atas cinta yang sederhana, atas penantian yang tak sia-sia, atas ketabahan perjalanan hidup, atas kejenakaan memandang hidup. Sebuah kalimat dari si bontot yang masih terngiang dibenakku. Mas Kas pernah berujar "aku sudah paham ilmu arkeolog dan ilmu buku, tapi aku belum menguasai bahasa."
Sementara kak O sudah menguasai buku dan bahasa, tapi belum ada keteraturan dalam hidupnya.
Terima kasih kak O dan mas Kas. Kesederhanaan kalian mengisi hidup membuahkan cinta yang tak terperi dan semoga tak pernah terganti. Selamanya.
Maaf, hanya ini yang bisa kuhadiahkan selain kehadiranku secara fisik di pernikahan agung kalian yang sederhana.

14 comments:

  1. Blanche selamat buat pengantinnya..semoga selalu bahagia...kapan kamu menyusul??

    ReplyDelete
  2. walah...jawabannya masih sama seperti di tulisan ini, pak De..belum kepikiran...belum ada juga pasangannya...hahaha

    ReplyDelete
  3. Hidup SINGLE enakan kok, gak ada yang ngomelin Blance...hehehe
    tadi sambil sarapan baca *cerpen* mu..asyik...

    ReplyDelete
  4. hahaha sepertinya, pak De.. Terima kasih sudah dibaca, pak... Sehat selalu ya, pak De.. *sungkem*

    ReplyDelete
  5. ealah...kudu dibawa ke cimande mungkin, pak? biar cepet lurus dan bisa jalan? hihihi

    ReplyDelete
  6. Pernah dengar..Cimande..ini aja dah di CT, hanya rengat, dan otot menjadi ketarik, dah baikan kok, jalan pake tongkat bisa...ming timik² koyo bocah cilik.......hihihih

    ReplyDelete
  7. balik lagi jadi bocah toh, pak De... hahaha (ampuuunnn ga maksud nyindir nyinyir yo pak...) ikut terapi aja, pak.. cepat sembuh pak de..biar lekas lari-lari joging intip-intip para pemudi nikmati spring toh disana?

    ReplyDelete
  8. Iya kemarin cuaca bagus, dekat Flat kan ada danau kecil, weh dah penuh pada berjemur....hari ini mendung dan berangin...Spring payah..
    http://orangjava.multiply.com/photos/album/213/Spring_welcome.....

    ReplyDelete
  9. hahaha ternyata spring disana ga beda jauh sama di jakarta, pak.. disini cerah terang benderang seketika mendung berangin dan hujan...

    ReplyDelete
  10. aku mewek bacanya...air mata berlinang. rasanya baru kemarin kita semua bertemu. tapi semuanya benar2 layaknya saudara. Tuhan memberi kebahagiaan padaku sangat banyak...setelah...setelah yang satu itu hahahah

    ReplyDelete
  11. Aku mau es buahnyah.. Kalo si bontot aja sampe ludes makannya pasti enak tuh..

    ReplyDelete
  12. kamu harus coba lontong kari kikil dan tahu campurnya, la...adeknya tandas ludessss....hehehehe

    ReplyDelete