Tuesday 27 April 2010

PESONA UJUNG BARAT INDONESIA

Sudah lama hasrat ke pulau di paling ujung barat Indonesia ini tersimpan rapi dan damai. Akhirnya pun tiba, gratisan dari seorang teman memberangkatkanku dengan pesawat pagi jam 8.30 pagi utk JKT - Banda Aceh. Tiba di banda aceh sekitar pukul 12.00 dan butuh waktu satu jam untuk mengurus bagasi karena tripod ketinggalan di jakarta. Petugas bandara agak pucat melihat ID kami dari pers dan berjanji malam tripod akan sampai. Ya sudahlah..simpan saja tripod itu, nanti kami ambil kembali saat kembali ke banda aceh..karena kapal lambat pukul 14.00 sudah menanti dan mobil harus segera mengantri di dermaga.
pukul 12.30 sampai di pelabuhan, istirahat menikmati makan siang seadanya di warung dengan menu ikan karang goreng dan gule hiu. kata temenku sih enak. saya pilih ikan karangnya saja.
tepat pukul 14.00 kapal berangkat menuju daerah balohan, pelabuhan sabang, Pulau Weh. satu jam perjalanan, rasa penat jadi hilang saat orang-orang berteriak ada kawanan lumba-lumba. dan benar saja. usut punya usut sejak dulu kala, lumba-lumba selalu mengikuti laju kapal menuju sabang. wah senangnya. entah faktor keberuntungan atau apa, hampir setiap perjalanan ke kepulauan, pasti bertemu lumba-lumba.
sekitar pukul 4 sore, kami tiba di pulau weh.

SABANG
SELAMAT DATANG DI PELABUHAN SABANG.
senang rasanya membaca tulisan itu. kapal merapat, mobil keluar, bertemu guide orang sabang. tibalah di sebuah penginapan dengan arsitektur rumah Belanda lama, Wisma Dirgantara. bisa ditebak, milik TNI AU sepertinya. tapi pemda yang mengelola. usai bersih-bersih, waktunya survey lokasi peliputan yaitu kuliner, sekalian makan malam.

pertama, kita pergi ke Pantai Kasih. sebuah rumah dari kayu dan bambu dibangun di atas tebing tepat di pinggir pantai kasih. dari teras rumah kami menyaksikan anak-anak sabang sibuk berlatih perahu layar untuk pertandingan tingkat nasional. tidak tanggung-tanggung keramahan mulai terasa, semangkuk bubur kacang hijau dan secangkir sirup merah manis (seperti diriku) disuguhkan menjelang senja.

Perjalanan berlanjut sekitar seratus meter dari pondok ramah itu. ada warung Sate Gurita milik pak Amirudin. Gurita harus direbus dulu selama satu jam, baru dipotong-potong dan ditumis lagi dengan bumbu. baru bisa dibakar. Rasanya? mirip kerang, cumi tepatnya. tapi lebih kenyal atau liat. penyajiannya dengan bumbu kacang mirip sate madura dan diberi lontong dan kerupuk aci/kanji. untuk 4 tusuk sate gurita komplit dengan lontong dan kerupuk, harganya sepuluh ribu rupiah.

Kembali ke kota sabang, kita mampir di kedai kopi Pulau Baru. bukan mencoba kopi sabang atau kopi ulhe kareeng-aceh yang tersohor, tapi mencoba Mie Jalak. mie buatan sendiri dimana pemiliknya keturunan tionghoa dan sudah puluhan tahun (sejak 1970-an) merintis mie jalak. nama jalak diperoleh dari nama burung yang suka datang wira-wiri di kota sabang. belum jelas juga sih (saya lupa sejarah namanya) yang jelas rasanya memang enak! adonan mie direbus berbarengan dengan tauge, lalu di campur dengan telur 3/4 matang dan disiram kuah kaldu. di atasnya ditaburi irisan daun bawang dan potongan ikan pisang. ikan pisang? yup! jenis ikan ini banyak sekali di sabang. bentuknya mirip ikan selar tapi lebih tipis. warnanya pun menyala dan bisa terlihat dari atas permukaan air. ikan ini kemudian di potong dicampur telur lalu di goreng. rasanya sungguh tidak terasa mirip ikan, teksturnya malah saya kira daging ayam. untuk satu porsi mie jalak dan telur cukup merogoh sepuluh ribu rupiah.

TUGU KEMBAR
Tugu setinggi 5 meter-an ini berdiri kokoh di depan kantor walikota sabang, menghadap ke laut. tugu penanda ujung barat indonesia cuma ada di dua kota. satu di kota sabang. satunya lagi di kota merauke.

TUGU NOL KILOMETER
letaknya sekitar 29 kilometer atau 1 jam perjalanan dari kota sabang atau tugu kembar. sepanjang perjalanan anda akan dihibur (disapa tepatnya) oleh kawanan kera yang meminta pisang atau kacang. sampai di lokasi tugu nol kilometer pun, kawanan kera masih menyapa anda. mereka jinak. tapi saat anda punya makanan dan tidak diberi mereka akan melihat anda dengan mata memelas dan enggan beranjak pergi. meski mereka tidak segalak kera di uluwatu yang akan merampas kacamata atau botol minum anda, tapi tidak ada salahnya tidak menggunakan perhiasan berlebih.
tugu penanda titik nol derajat penghitungan wilayah Indonesia sebenarnya bukan disini. tapi di pulau rondo. hanya saja, pulaunya terlalu ringkih untuk diberikan tugu. jadilah di ujung pulau weh tugu Nol kilometer diresmikan tahun 1997 oleh B.J.Habibie yang saat itu masih menjabat menteri riset dan teknologi. meski di bawah tugu tersebut, ada prasasti yang ditandatangani Try Sutrisno. di belakang tugu, terdapat pohon bungong jeumpa yang tak lain mirip bunga tanjung. tapi sedang tidak berbunga.

PANTAI IBOIH
dari tugu nol kilometer, kita mampir ke pantai iboih (baca : iboh!) cuma 10 menit dari tugu nol kilometer. masuk ke areal pantai kesan pertama, biasa. tapi begitu anda masuk ke sebuah gapura, lalu menaiki tangga di pinggir tebing, barulah sadar keindahan alam pantai iboih dengan pemandangan pulau rondo dan pulau rubiah. seluas mata memandang, hanya dibatasi horizon pemisah laut dan langit. menuruni tangga bukit, cottage mulai bertebaran dan bisa ditebak, pribumi hanyalah pemilik cottage dan pemilik restoran. karena tamunya semua dari luar negeri. bukan dari negeri yang biasa dikenal, saya bertemu dari australia, italia, perancis, estonia dan cekoslovakia. yup! mereka tergiur dengan pemandangan bawah laut tepat di depan cottage. sekedar berenang atau snorkeling bahkan diving tinggal dipilih. belum lagi masakan para pemilik cottage yang tepat dengan lidah para tamu asing. anda tinggal minta nasi goreng, nasi kari, masakan aceh, ikan bakar atau spaghetti aglio lio..yummy!
puas berkenalan dengan para tamu, kita ke dermaga pantai iboih.

PULAU RUBIAH
kapal sederhana itu dimodifikasi sedemikian rupa. di tengah lambung kapal di buat celah, untuk memasukkan kotak kayu berdasar kaca berukuran 1 m x 50 cm. begitu kotak itu diturunkan, barulah saya sadar, anda bisa melihat pemandangan bawah laut hanya dari kotak sederhana itu. mulai dari terumbu karang yang beragam, jamur, meja, berbentuk kembang kol, bahkan bermotif batik, sampai anggrek laut yang hitam pun ada. belum lagi penghuni laut seperti bintang laut, kerumunan ikan warna-warni, bahkan kerumunan ikan pisang yang menjadi tambahan lauk mie jalak, berenang bebas. rasanya pingin langsung nyebur.
yup! dan saya pun harus menasbihkan membaptis (ungkapan berlebihan) diri dengan air laut sabang sehingga afdol sudah datang ke sabang.
mengapung dengan alat snorkeling membuat saya puas dan ingin menambah waktu yang hanya 1 jam itu karena hari hampir senja.
sebelum menyelesaikan tulisan pulau rubiah ini, ada legenda pulau rubiah yaitu dahulu ada putri bernama rubiah yang menjatuhkan seluruh perhiasannya di sekitar pulau ini, saat sabang kekurangan air. maka air menjadi berlimpah ruah dan perhiasan putri rubiah itu berubah menjadi terumbu karang yang beragam.

PANTAI GAPANG
sebelum pulang, kita mampir ke pantai gapang. letaknya hanya 10 menit dari pantai iboih atau sekitar setengah jam dari pusat kota sabang. pantai ini lebih panjang daripada iboih dan landai atau tidak bertebing.
ada lumba-lumba dive jika anda mau diving, atau bahkan ada cottage tersembunyi yang katanya menjadi tempat nicholas saputra menyepi saat malam tahun baru (mulai gosip!)
kita ketemu bang Iyal (nama aslinya Syahrial) penyewa alat snorkeling sekaligus mengisi waktu dengan membuat kerajinan dari batok kelapa dan kerang yang dibuat menjadi liontin, cincin, bahkan anting-anting. bentuknya lucu, ada kura-kura, lumba-lumba (lambang kesetiaan kata tamu asing) atau bentuk-bentuk abstrak. para tamu asing (termasuk saya) tidak keberatan merogoh kocek sebesar 50 - 80 ribu rupiah.
pantai gapang menjadi tujuan wisata warga banda aceh juga. karena kita ketemu muda-mudi banda aceh yang berlibur dengan mengendarai motor dari banda aceh ke pantai gapang di sabang. atau keluarga yang piknik di tepi pantai. setidaknya sabtu dan minggu pantai gapang seperti ancolnya jakarta.

RUJAK PULAU KLAH
dari pantai gapang kita menuju kota tapi sempat mampir ke warung rujak. katanya warung ini menjadi tempat favourite christine hakim saat syuting film.
irisan buah-buahan yang segar dan agak mengkal (tidak begitu matang) berpadu dengan bumbu rujak yang pedas (kacang, gula merah asli, cabe, garam, asem jawa) nikmat rasanya. saat berada di teras belakang warung baru saya sadar kenapa aktris film itu senang nongkrong di warung ini. kita bisa menikmati pemandangan pulau klah dari teras warung. seporsi rujak dalam piring kecil seharga 8 rb rupiah agak mahal terasa pas karena pemandangan tersebut.

this is not the end of my journey and adventure..kembali ke banda aceh berikut dengan cerita dari tanah pusat GAM, sigli-pidie.

5 comments:

  1. Cerita perjalanan yg menarik sekali..
    Coba liat juga ekspedisi 92 pulau terluar,..http://www.92pulau.com/
    Siapa tahu satu hari juga mau di jelajahi...Salam kenal,
    teddy

    ReplyDelete
  2. Prim, infonya bagus2 ni, dimasukkin dong ke Jakul... yg rujak favorit CH, kera2 nakal di jalan ke arah nol KM, rasa sate gurita... oke bgt lho :)

    ReplyDelete
  3. @mbak veni..ok mbak..sedang direstruktur ulang..hehehe

    ReplyDelete