Friday, 21 December 2007

PERJALANAN DI SUMATERA BARAT

KEPULAUAN MENTAWAI – KEPULAUAN SURGA PENJAGA SUMATERA BARAT

Masih terasa kerutan dahiku saat ditugaskan ke kepulauan mentawai. Hari itu adalah satu hari setelah gempa mengguncang jakarta dan tsunami meluluhlantakan pantai pangandaran. Kepulauan mentawai terletak di provinsi sumatera barat. Terdiri atas 2 pulau besar dan posisinya seperti menjaga sumatera barat. Hampir semua teman wartawan maupun anak gunung yang kutelpon mengatakan aku gila pergi ke mentawai pasca gempa di pangandaran. Betapa tidak, pusat gempa dan tsunami dipastikan berada di bawah pulau siberut dan diperkirakan lempengan di bawah pulau siberut akan bergeser dan menimbulkan tsunami setelah tsunami di pangandaran.

Tiba di padang, aku berkeliling dengan taksi bersama kameramanku (adel) pergi ke pelabuhan untuk mengecek jadwal kapal ke mentawai. Setiap petugas pelabuhan pun tak berani memastikan akan ada kapal karena ombak besar beberapa hari terakhir dan jarang ada kapal yang berlayar. Tuhan berkehendak lain, esoknya sekitar pukul 9 pagi ada kapal cepat ke pulau siberut. Jika dengan kapal biasa atau kapal motor, perjalanan bisa mencapai 9 jam, tapi dengan kapal cepat hanya 4-5 jam termasuk singgah di 2 pelabuhan. Di tengah kebingungan, kami bertemu dengan Fahmi, anak gunung asal padang, yang hendak mengajar anak-anak SMA mentawai tentang lingkungan hidup. Fahmi menawarkan tempat tinggal seadanya di pondok Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di pulau siberut, tepatnya di daerah Maileppet. Tanpa berpikir panjang, aku dan adel mengiyakan tawaran itu.

Pondokan BKSDA terbuat dari kayu. Terdiri dari 5 kamar tidur dan 1 kamar mandi. Aku tak peduli dengan keadaan yang jauh dari hotel, sebab pemandangan di depan pondok adalah laut! Pantai pasir putih bernama mailepet.

Malamnya, kami bertemu dengan petugas BKSDA dan diajak bertemu penduduk mentawai (tapi asli padang dan aku lupa namanya siapa) bapak itu sangat membantu. Harga sewa perahu dikasih setengah harga dari turis asing. Dan kami bisa mengeliling pulau siberut.

Esok pagi sekitar pukul 8, bapak itu telah siap di depan pondok BKSDA bersama 1 anak buahnya. Pertama-tama, kami singgah ke daerah muara. Disini ia mengambil 5 bungkus nasi untuk bekal di jalan dan membeli durian. Durian hutan mentawai agak sedikit berbeda. Bentuknya lebih kecil seperti duren petruk, agak kehijauan dan durinya lebih panjang. Rasanya pun tidak semanis durian monthong, justru cenderung hambar, tapi dagingnya legit dan bijinya kecil seperti biji salak.

Pantai pertama yang kami singgahi namanya masilok. Mirip namanya, pantai ini sangat elok. Pasir putih membentang luas, kerang beraneka warna dan bentuk bertebaran di tepi pantai, air jernih sehingga dasar laut pun terlihat.

Pemberhentian selanjutnya adalah pulau-pulau kecil seperti mainu dan siloina. Di pulau ini, ada cottage yang dibangun sesuai rumah adat mentawai, tapi pemiliknya adalah orang asing. Perjalanan pun dilanjutkan. Oh ya, kalau beruntung kita bisa melihat lumba-lumba. Bapak pemandu mengajak kami singgah di rumah kapal milik temannya. Rumah kapal di mentawai namanya Karambak. Menu makan siang yang dibawa pemandu kami sangat lezat, ada terong balado, tahu tempe, udang goreng sambal hijau dan pete, lalu kerupuk. Makan di atas karambak sangat nikmat, sambil menikmati pemandangan hutan bakau yang membentang luas, sementara itu di bawah karambak, ikan kecil warnai-warni sedang berenang seakan berharap bisa mendapat sisa makanan hari itu.

Persinggahan terakhir namanya pulau karangbajat. Kami memarkir perahu di dermaga diantara lebatnya hutan bakau. Lalu berjalan menyusuri jalan setapak jembatan kayu dan pasir putih menuju cottage. Kami bertemu dengan pengelola cottage atau surf guide, namanya Ray. Ray sangat baik. Kami diizinkan melihat isi cottage dan mengambil gambar sesukanya. Ray pun tak keberatan diwawancarai. Terakhir Ray mengirimku e-mail dengan ucapan terima kasih karena telah membuatnya menjadi terkenal.

Selain pantainya, mentawai sangat indah. Meski hanya berputar di pulau siberut. Karena waktu kami tak lama. Untuk mengelilingi setengah pulau siberut saja, butuh waktu seharian.

Penduduk mentawai, khususnya yang agak pesisir, kebanyakan berasal dari padang. Penduduk asli mentawai justru lebih suka di dalam hutan. Tapi kami sempat menemui mereka saat membuat sagu. Masih dengan alat tradisional yaitu kaki. Ya seperti membuat anggur, sagu diinjak sambil dialiri air yang mengalir. Lalu endapannya lah yang siap dikonsumsi. Pohon sagu seperti kelapa sawit. Hanya batangnya lebih besar. Mayoritas tumbuhan di mentawai adalah pohon sagu, bakau, dan rempah seperti cengkeh. Tapi penduduk mentawai mulai menerapkan tanaman baru seperti coklat dan sayuran.

Penduduk mentawai sudah paham akan bahaya tsunami. Setiap kepala keluarga punya satu pondok sederhana di 2 bukit paling tinggi diantara kebun cengkeh dan coklat. Sebulan sekali mereka mengisi ulang atau mengganti bahan makanan pokok sekaligus membersihkan pondok mereka. Sekalian ke kebun.

Aku sendiri tidak masuk terlalu ke dalam hutan untuk melihat penduduk asli atau meliput mereka. Sebab, penduduk asli sudah mengenal uang. Kebanyakan karena televisi asing yang memanjakan mereka dengan uang supaya mau diliput.

 

NGARAI SIANOK – GOA JEPANG – KOTA GADANG

Perjalanan awal dimulai dari bukittinggi. Wajib dikunjungi adalah ngarai sianok. Pemandangan dari atas indah sekali. Lalu aku turun menyusuri goa jepang. Sayangnya pemerintahan setempat melapisi dengan semen sebagian goa sehingga keasliannya hilang. Permukaan goa terbuat dari tanah yang bergelombang. Efek gelombang justru disengaja sebab sekeras apa pun kita teriak, tidak akan menimbulkan gema. Justru setelah disemen efek gaung akan terdengan. Selain itu, rembesan air dari kota bukittinggi membuat lapisan semen tersebut berjamur dan menimbulkan lembab. Lebar goa jepang mungkin tidak selebar jalan jendral sudirman di jakarta. Tapi cukup untuk mobil jeep wilis masuk. Bahkan ada tempat khusus jeep jepang di goa tersebut.

Keluar dari goa jepang, kami melihat jalan raya. Lalu aku diajak menuruni jalan dan masuk ke perkampungan. Menyusuri sawah, jembatan kayu gantung, menuruni tebing, menyusuri sungai, dan sampai lah di bawah atau dasar ngarai sianok. Wah..pemandangan indah banget! Aku bahkan melihat penggembala kerbau sedang memandikan kerbaunya. Lalu kami menyusuri sungai lagi, naik ke tebing terjal, menyusuri hutan lebat, dan sampai ke sebuah kampung. Kampung penghasil perak namanya KOTO GADANG. Penduduk kota gadang dikenal sebagai perantau ulung. Jadi jarang banget liat perkampungan ini ramai karena penduduknya sebagaian besar merantau.

 

DANAU KEMBAR

Terdapat di daerah solok. Ada dua danau bersebelahan jika dilihat dari atas. Nama tempatnya PANORAMA. Disni kita bisa melihat kedua danau. Danau di atas dan danau di bawah.

Pemandangan di tepi danau di atas adalah gunung talang. Meski saat itu sedang tidak begitu aktif. Hanya mengeluarkan asap sesekali. Penduduk sekitar mata pencahariannya adalah bercocok tanam. Jadi kita bisa melihat juga pemandangan agrowisata.

Danau di bawah lebih terkelola. Karena ada dermaga tempat perahu-perahu kecil dan perahu bebek ditambatkan untuk wisatawan.

 

DANAU SINGKARAK

Berada di tepi danau ini seperti di tepi pantai laut lepas. Betapa tidak, batu karang dan pasir putih menghias pesisir danau. Kendaraan yang melintas di sepanjang danau ini pun seperti melintasi tepi pantai. Menjelang sore, debur ombak semakin kencang meski tidak terlalu tinggi. Danau ini terkenal paling besar dan dalam. Selain itu, beberapa kelokan di pinggir danau ini, sangat rawan terjadi kecelakaan. Jika cuaca sedang tidak mendung, matahari terbenam cukup bagus terlihat dari danau ini. Hanya saja agak sembunyi tenggelam di antara deretan bukit barisan.

1 comment:

  1. bole juga cerita tentang pulau mentawainya... saya juga mau kesana, bisa bantu tentang tempat yang akan dikunjungi dan harga sewa boat n kontak person disana ... Thanks.. lam kenal...

    ReplyDelete