Belasan tahun aku tidak mengenalmu
Aku bahkan pernah membencimu
hanya bertemu saat matahari hendak bersinar dan saat langit telah gelap
tak ada pujian saat nilaiku sempurna
tak juga ada cacian atau hinaan saat nilai ku anjlok
amarahmu pun tak juga terpancing dengan sederet rapor kenakalanku
saat usiaku memasuki kepala dua
Aku kaget Kau tahu jadwal ujian tengah semesterku
Kau menjadi pengantar setiaku yang jauh lebih setia daripada pacar-pacarku
Kau membersihkan dan mengecek mobil sebelum kubawa kabur bersama kesibukan dan rutinitasku
Kau bereskan kamarku saat kangen karena aku tak pulang ke rumah
Aku hanya ingin membuat pengakuan bahwa
Aku pernah menjadi gadis kecilmu
Semata wayang
Tapi aku membohongimu bertahun-tahun
Aku tidak pernah membangkang
Tapi justru melawan arus dengan halus
Dengan cara-cara yang tak pernah kau duga
Atau mungkin tak pernah kau sadari
Aku ingat saat kabur dari kursus balet atau tari jawa kuno
Aku ingat Kau menolak mentah-mentah saat aku mau belajar bela diri
Aku ingat Kau yang paling marah saat kulitku terluka karena jatuh dari pohon
Aku ingat Kau yang paling keras mengomel saat kulitku menghitam karena seringnya main di bawah sengatan matahari
Saat remaja aku ragu dengan identitasku
Kuturuti kehendakmu
Keputusan yang membuatmu kaget
Aku masuk di dunia tari dan membuatmu bangga dengan sederet piala
Engkau bahkan harus sembunyi-sembunyi datang ke pertunjukanku
Aku tau kau sering tidak tidur saat aku pulang larut
Meski aku sempat mendengar dengkuranmu
Aku membalasnya dengan sederet penghargaan untuk kebanggaanmu
Yang entah tetap Kau sembunyikan di depanku
Aku telah membuatmu terhenyak dengan keputusanku keluar dari rumah
Aku tahu telah mengkhawatirkanmu
Ketika aku memutuskan menempuh jalan hidupku
Sendiri.
Meski dibalik resiko kehidupan dan pekerjaanku
Terpancar kebanggaanmu saat melihat diriku berdiri sendiri
Kau pun sekuat tenaga meredam kekhawatiranmu di atas ketenanganmu
Andai Engkau tahu saat aku kalut
aku selalu membayangkan dipeluk olehmu
Tindakan yang bisa kuhitung dengan jari
Aku tahu engkau pekerja keras
Aku tahu engkau begitu keras kepala dan egois
Aku tahu engkau bukan orang yang romantis
Aku tahu engkau pemberontak dan pembangkang
Aku tahu engkau mandiri
Tau kah Kau, aku mewarisi seluruh sifatmu?
Saat kau berharap salah satu penerus lelakimu tak sepertimu
Justru anak perempuanmu ini yang mewarisi semua sifatmu
Tanpa kau sadari
Lebih dari separuh abad umurku
Rambutmu pun sudah memutih merata
Kulitmu semakin keriput
Meski tulangmu tetap kuat mencengkram bahuku
Yang katamu bidang seperti laki-laki
Maafkan aku menyimpan semua sendiri
Maafkan aku tidak menghargaimu
Maafkan aku memendam semuanya sendiri
Percayalah
Aku masih kuat menanggungnya…
Kau tahu
Betapa aku merasa tak berharga dihadapanmu
Diusiaku belum bisa membahagiakan impian kecilmu
Betapa aku juga merasa tersiksa
Sama seperti dirimu merasakan sakitku
Tanpa kau tahu sebabnya
Karena aku bersikeras menyimpannya sendiri
Dan membiarkanmu merasakan sakitku tanpa tahu sebabnya
Cengkraman kedua tanganmu di bahuku masih terasa
Saat permintaan sederhana keluar dari mulutmu
Maafkan aku tidak bisa menjadi sempurna
Sebagai anak perempuanmu..
Dan sebagai perempuan seutuhnya…
Aku bukan gadis kecilmu yang sempurna seperti yang kaulihat
Seperti yang selalu kau banggakan
Masihkah kau menyayangiku jika kau tahu kebenaran?
Masihkah aku menjadi gadis kecil kebanggaanmu?
Masih adakah sayang itu?
Meski kau juga bukan ayah yang sempurna
Tapi Kau selalu menjadi sempurna di hadapanku..
Andai aku bisa membahagiakanmu dengan cara lain…
Maafkan aku…
Selamat Ulang Tahun, Ayah…
mungkin baru gue yang baca puisi ini ya prim... geer kali? :D
ReplyDeletehebat, cakep banget.. gue jadi masuk dan lalrut ke dalam imajinasi dan pikiran loe. puisi yang aseli dan orisinal! semoga loe jadi sastrawan, eh maaf sastrawati ya.... hehehehe
prima, setiap manusia punya satu titik jiwa dan kesadaran, punya satu jati diri yang membedakan dengan yang lain. dan titik itu mengajarkan kita untuk apa adanya! apa yang ada pada diri kita, maka sukuri dan nikmati hidup menjadi diri sendiri. buat gue, prima biasa-biasa saja! tapi jadi luar biasa ketika semakin tahu dan semakin larut menjelajahi seisi blog ini. jadi kangen neh di liput lagi sama prima! btw, aku kerja di solo prima, kunjungi di http://roemahkoe.info. bravo untuk prima! salam buat mas edy, dkk...
terima kasih komen-nya kang asep, wah kenapa jadi ke solo? nanti yang jadi tutor sejarah siapa lagi nih? kan ga ada yg fungky dan rela dikerjain kayak kang asep...hehehe
ReplyDelete