Friday, 9 November 2007

BON ANNIVERSAIRE, MON PERE

Belasan tahun aku tidak mengenalmu

Aku bahkan pernah membencimu

hanya bertemu saat matahari hendak bersinar dan saat langit telah gelap

tak ada pujian saat nilaiku sempurna

tak juga ada cacian atau hinaan saat nilai ku anjlok

amarahmu pun tak juga terpancing dengan sederet rapor kenakalanku

 

saat usiaku memasuki kepala dua

Aku kaget Kau tahu jadwal ujian tengah semesterku

Kau menjadi pengantar setiaku yang jauh lebih setia daripada pacar-pacarku

Kau membersihkan dan mengecek mobil sebelum kubawa kabur bersama kesibukan dan rutinitasku

Kau bereskan kamarku saat kangen karena aku tak pulang ke rumah

 

Aku hanya ingin membuat pengakuan bahwa

Aku pernah menjadi gadis kecilmu

Semata wayang

Tapi aku membohongimu bertahun-tahun

Aku tidak pernah membangkang

Tapi justru melawan arus dengan halus

Dengan cara-cara yang tak pernah kau duga

Atau mungkin tak pernah kau sadari

Aku ingat saat kabur dari kursus balet atau tari jawa kuno

Aku ingat Kau menolak mentah-mentah saat aku mau belajar bela diri

Aku ingat Kau yang paling marah saat kulitku terluka karena jatuh dari pohon

Aku ingat Kau yang paling keras mengomel saat kulitku menghitam karena seringnya main di bawah sengatan matahari

 

Saat remaja aku ragu dengan identitasku

Kuturuti kehendakmu

Keputusan yang membuatmu kaget

Aku masuk di dunia tari dan membuatmu bangga dengan sederet piala

Engkau bahkan harus sembunyi-sembunyi datang ke pertunjukanku

Aku tau kau sering tidak tidur saat aku pulang larut

Meski aku sempat  mendengar dengkuranmu

Aku membalasnya dengan sederet penghargaan untuk kebanggaanmu

Yang entah tetap Kau sembunyikan di depanku

 

Aku telah membuatmu terhenyak dengan keputusanku keluar dari rumah

Aku tahu telah mengkhawatirkanmu

Ketika aku memutuskan menempuh jalan hidupku

Sendiri.

Meski dibalik resiko kehidupan dan pekerjaanku

Terpancar kebanggaanmu saat melihat diriku berdiri sendiri

Kau pun sekuat tenaga meredam kekhawatiranmu di atas ketenanganmu

Andai Engkau tahu saat aku kalut

aku selalu membayangkan dipeluk olehmu

Tindakan yang bisa kuhitung dengan jari

 

Aku tahu engkau pekerja keras

Aku tahu engkau begitu keras kepala dan egois

Aku tahu engkau bukan orang yang romantis

Aku tahu engkau pemberontak dan pembangkang

Aku tahu engkau mandiri

Tau kah Kau, aku mewarisi seluruh sifatmu?

Saat kau berharap salah satu penerus lelakimu tak sepertimu

Justru anak perempuanmu ini yang mewarisi semua sifatmu

Tanpa kau sadari

 

Lebih dari separuh abad umurku

Rambutmu pun sudah memutih merata

Kulitmu semakin keriput

Meski tulangmu tetap kuat mencengkram bahuku

Yang katamu bidang seperti laki-laki

Maafkan aku menyimpan semua sendiri

Maafkan aku tidak menghargaimu

Maafkan aku memendam semuanya sendiri

Percayalah

Aku masih kuat menanggungnya…

 

Kau tahu

Betapa aku merasa tak berharga dihadapanmu

Diusiaku belum bisa membahagiakan impian kecilmu

Betapa aku juga merasa tersiksa

Sama seperti dirimu merasakan sakitku

Tanpa kau tahu sebabnya

Karena aku bersikeras menyimpannya sendiri

Dan membiarkanmu merasakan sakitku tanpa tahu sebabnya

Cengkraman kedua tanganmu di bahuku masih terasa

Saat permintaan sederhana keluar dari mulutmu

 

Maafkan aku tidak bisa menjadi sempurna

Sebagai anak perempuanmu..

Dan sebagai perempuan seutuhnya…

Aku bukan gadis kecilmu yang sempurna seperti yang kaulihat

Seperti yang selalu kau banggakan

Masihkah kau menyayangiku jika kau tahu kebenaran?

Masihkah aku menjadi gadis kecil kebanggaanmu?

Masih adakah sayang itu?

Meski kau juga bukan ayah yang sempurna

Tapi Kau selalu menjadi sempurna di hadapanku..

 

Andai aku bisa membahagiakanmu dengan cara lain…

Maafkan aku…

Selamat Ulang Tahun, Ayah…

2 comments:

  1. mungkin baru gue yang baca puisi ini ya prim... geer kali? :D
    hebat, cakep banget.. gue jadi masuk dan lalrut ke dalam imajinasi dan pikiran loe. puisi yang aseli dan orisinal! semoga loe jadi sastrawan, eh maaf sastrawati ya.... hehehehe
    prima, setiap manusia punya satu titik jiwa dan kesadaran, punya satu jati diri yang membedakan dengan yang lain. dan titik itu mengajarkan kita untuk apa adanya! apa yang ada pada diri kita, maka sukuri dan nikmati hidup menjadi diri sendiri. buat gue, prima biasa-biasa saja! tapi jadi luar biasa ketika semakin tahu dan semakin larut menjelajahi seisi blog ini. jadi kangen neh di liput lagi sama prima! btw, aku kerja di solo prima, kunjungi di http://roemahkoe.info. bravo untuk prima! salam buat mas edy, dkk...

    ReplyDelete
  2. terima kasih komen-nya kang asep, wah kenapa jadi ke solo? nanti yang jadi tutor sejarah siapa lagi nih? kan ga ada yg fungky dan rela dikerjain kayak kang asep...hehehe

    ReplyDelete