Monday 5 March 2012

Journey to the Land of Thousand Temples, Singkawang

Menulis meninggalkan bekas lewat goresan tinta. Tidak seperti berbicara yang cuma selintas dan mudah hilang terbawa sapuan angin.

Nama Singkawang berasal serapan bahasa Hakka yaitu Seng-Kew-Yong yang artinya kuala dan gunung. Berada di wilayah Kalimantan Barat, perjalanan ke singkawang menempuh jarak sekitar 3-4 jam dari ibukota kalimantan barat, Pontianak. Singkawang selalu menjadi pusat perhatian jelang Imlek dan Cap Go Meh. Mulai dari yang pulang kampung hingga turis/wisatawan dari asia seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Taiwan, dll. Perjalanan pertama jelang cap go meh di tahun 2012 pun dimulai setelah hampir setahun tidak ditugaskan ke luar kota. Tapi jangan dikira perjalanan saya mulus ya...mulai dari tiket pesawat Jakarta-Pontianak yang berubah dari jam 6 pagi (first flight) menjadi jam 14.45 WIB karena sekred lupa issued sehingga tiket itu hangus. Ternyata setelah sampai di pesawat dan akan landing (sekitar pukul 16.00 WIB) landasan bandara di pontianak bolong tak bisa untuk landing. Great! Pesawat kembali lagi ke jakarta dan baru take-off menuju ke pontianak pukul 19.00 WIB yang otomatis membuat saya dan kameraman tak bisa langsung menuju ke singkawang karena travel terakhir pukul 19.00 WIB dan tiba di pontianak dengan mulus sekitar pukul 21.00 WIB. Terpaksa bermalam di sebuah markas teater kampus karena hotel penuh!

Tepat pukul 5 pagi mobil travel sudah menjemput dan langsung menuju Singkawang. Perjalanan sempat berhenti di salah satu restoran di sungai Piyuh sekitar pukul 7 pagi. Sarapan dengan pengkang (sejenis lemper isi ikan yang dibungkus daun pisang berbentuk limas mirip bacang) atau bisa juga nasi dengan lauk ayam, telur dan sayur. Perjalanan pun dilanjutkan sekitar pukul 07.45 dan sepanjang jalanan yang saya saksikan adalah klenteng yang berbenah menyambut Cap Go Meh. Tandu dikeluarkan, para pemusik membersihkan peralatan perkusi dan gendang, ada yang membersihkan vihara, memasang dupa, hingga persiapan para tatung yang akan membersihkan kota. Sekitar pukul 10.00 mobil memasuki kota singkawang dan tersendat karena ada pawai Maulud Nabi. Sabtu, 4 Februari 2012, Singkawang sempat memerah dengan pawai lampion keliling kota. Nah Minggu, 5 Februari 2012, Singkawang di pagi hari jelang siang memutih dengan pawai Maulud Nabi. Begitu akrabnya masyarakat disini. Tegakah kalian menistakannya dengan mengotak-kotakkan agama dan suku? Setiba di rumah kerabat (lagi-lagi karena hotel sudah penuh sejak tahun 2011) sebuah selebaran dari ormas (FPI) memastikan agar umat Islam dilarang mengikuti kegiatan cap go meh di hari Senin, 6 Februari 2012. Kegiatan itu dinilai musyrik dan haram. Tapi selebaran itu tampak tidak sah karena tidak ada tanda tangan dari ketua ormas. Setidaknya masih ada saja yang mau memecahbelah kota damai dengan pengkotak-kotakan agama dan etnis?
Kembali ke kegiatan di hari minggu, usai beristirahat, mandi dan makan, kami langsung melakukan survei dan mengunjungi beberapa kerabat. Salah satunya bunda Maya, penggiat kegiatan sosial FKPSM di singkawang. Kegiatan sosialnya sudah terjalin lama dan tak usah diragukan lagi apalagi dihitung berapa warga yang telah ia tolong. Wanita keturunan Tionghoa yang memeluk agama Islam ini tetap sederhana. Di kantor dan anggota yang lain, saya berbagi informasi. Lama tak bertemu, sajian kopi panas dan pisang goreng khas ponti, pantang untuk ditolak sambil ngobrol ngalor ngidul. Sekitar pukul 14.00 WIB waktunya bergerilya. Para tandu dan tatung telah mulai turun ke jalan membersihkan kota. Maka asap dan wangi dupa menyeruak menyebar hebat di sore hari.
Tatung Perempuan, langsung menarik perhatian saya begitu tiba di jalan protokol kota. Terutama mengarah ke klenteng tertua di pusat kota dan rumah berakhir di rumah marga Xie. Ada 2 tatung perempuan yang beriringan dengan 5 tandu tatung lainnya. Usut punya usut mereka satu keluarga. 1 Bapak dan 8 anaknya menjadi tatung. WOW!

SEKELUARGA JADI TATUNG
Namanya Bong Khin Djung. Usianya belum genap 70 tahun. Di Singkawang, pria ini kerap disapa Ko A Jung, memiliki 13 anak & berprofesi sebagai tukang gigi. Sudah 40 tahun Ko A Jung menjadi tatung. Dari 13 anaknya, 8 mengikuti jejaknya yaitu Steven Wong (29) Tjong Pin Pin (26) Antoni B (22) Andy (13) San San Oktavia (25) San San (32) Steve (19) dan Tjong Mimi (38)
Bagi ko A Jung menjadi tatung bukan pilihan hidup, pun kedelapan anak-anaknya. Masing-masing punya jalannya sendiri ketika dipilih arwah leluhur. Seperti San San, putrinya yang baru 3 tahun terakhir jadi tatung. Cerita berawal saat ritual pemanggilan arwah, ia tengah mencuci piring. Tapi salah satu arwah justru merasuk ke tubuhnya dan San San tidak bisa menolaknya. Hingga kini, 13 anak dan menantunya selalu berkumpul terutama bila imlek dan cap go meh. Arwah leluhur bisa 'mampir' ke tubuh siapa saja. Tak ada yang bisa menduga. Tak ada yang bisa menolak. Baik ko A Jung maupun 8 anaknya, juga bisa mengobati. Karena tatung ternyata dipercaya tidak sekedar kerasukan tapi juga mengobati orang hingga soal kode togel/buntut. hahaha Ketika ditanya sampai kapan jadi tatung, Ko A Jung hanya menjawab dengan senyum lebar dan gigi tertata rapih, "ga tau. mungkin sampai ajal menjemput saya. karena itu jodoh." pun anak-anaknya ketika diwawancara.
Rumah ko A Jung pun tak cuma ramai oleh anak-anak dan keluarga, tapi juga para fotografer yang numpang menginap karena senasib seperti saya tak dapat hotel. Jadilah selain wawancara, rumah ko A Jung jadi tempat untuk ngobrol dan berbagi informasi. Hari itu hari pertama di Singkawang dan saya kembali ke homestay pukul 12 malam. What a day! *senyumLebar*

CAP GO MEH DI SINGKAWANG
Ketika hari H tiba, sedikitnya 700 Tatung bersiap sejak pukul 5 pagi di lapangan krida. Saat matahari mulai menampakan diri. Ritual dijalankan, tandu disiapkan, arwah mulai masuk dan Voila! Tatung pun hadir. Jalan Diponegoro menjadi jalan yang paling ramai di singkawang. Tribun kursi pun disiapkan. Kayu triplek tebal diatur bertingkat seperti kursi stadion sepakbola, lalu ditutup dengan kain berwarna merah. Usut punya usut harga kursi pun dipatok khusus, bisa Rp 100 ribu per kepala. Kursi pun selalu terisi penuh. Bukan dari kalimantan saja, tapi dari sulawesi, jawa, bahkan malaysia dan brunei, kursi dibooking sejak jauh hari sama seperti hotel. Jangan heran bila ada saja turis yang berdebat dengan panitia ketika kursi miliknya diduduki orang lain.
Tak jauh dari kursi rebutan tersebut ada patung naga. Disinilah para tatung selesai menjalankan tugas berkeliling kota di hari ke-15 penanggalan Cina. Dekat tugu Naga, tak hanya ada panggung lelang, tapi jajaran babi. Warna merah muda semu jingga begitu menyala dan menarik perhatian saat 36 ekor babi seberat 90-100 kg dijejerkan di atas 6 meja panjang dan dijaga 12 penjagal. Keranjang bambu pun disiapkan. Ini mirip Idul Adha atau Hari Raya Kurban agama Islam. Hanya saja hewannya adalah babi. Puluhan ekor babi adalah sumbangan para donatur dan tahun 2012 jumlah sumbangan kurban babi bertambah. Menurut ketua pembagian daging babi Ko A Sau, 36 ekor babi akan dibagi-bagi untuk 2000 orang penerima kupon. Sebelum dipotong, para babi diberi "Chit" yaitu berkah dari para tatung. Tatung pun sebelum mengakhiri tugasnya bersedia memberikan berkah lalu meninggalkan tubuh manusia yang menjadi medianya. Tapi tidak semua tatung. Dari sepenglihatan saya selama menunggu disana, tatung-tatung sepuh biasanya yang datang menghampiri seperti ko A Jung. Bahkan ada salah satu tatung yang pingsan saat memberi "Chit". Nampaknya arwah sang leluhur langsung 'pergi' karena tak berapa lama lelaki paruh baya itu terkulai lemas dan sudah 'normal' kembali.

Jelang jam 12 siang, parade Tatung usai. Meninggalkan bau dan abu dupa. Kadang bau bir atau arak, masih tercium di beberapa ruas jalan. Tahun 2012 bisa jadi yang paling meriah dengan kehadiran 700 tatung dari singkawang dan daerah lain. Satu per satu bungkusan daging babi dibagikan kepada umat penerima kupon. Daging dianggap punya 'berkah' karena telah diberi "Chit" oleh tatung. Bagi yang percaya, memakan daging babi bisa memberikan kesehatan dan atau mengobati penyakit. Maka tinggallah panggung lelang yang masih bertahan. Tadinya saya mengira lelang akan berlangsung seru. Tapi ternyata setiap peserta begitu sopan mengajukan harga, dan tentunya dalam bahasa Cina yang saya tidak mengerti. Mulai dari aneka patung, hingga hasil bumi seperti tebu, pisang, jeruk bali, dll. Bagi yang percaya, akan menawar dengan harga tinggi. Atau bagi yang kolektor juga bisa bersaing disini. Harga sebatang tebu sepanjang 10 meter bisa 100 juta disini. Harga ini bisa lebih murah dibanding patung naga atau keramik yang dipajang. Kalau kepercayaan sudah bicara, logika pun susah diberikan nalar ataupun alasan yang masuk akal. Untuk lihat link liputan "Cap Go Meh 2012 di Singkawang" bisa dilihat di link ini

APA ITU TATUNG?
Usai Cap Go Meh tak lantas usai kerja. Harus putar otak karena semua toko tutup dan orang masih sibuk beristirahat usai pesta menyambut kedatangan Dewa. Di sebuah sudut pasar Sedau dan berkat jaringan ko Apoh (Rudi), saya bisa bertemu pendeta Tao pertama di Singkawang bernama Lie Tjin Sui atau kerap disapa Tao Zu A Tjin. Lewat Tao Zu saya belajar memahami ajaran Tao. Terutama ketika bicara soal sejarah Cap Go Meh di Singkawang. Tao Zu mengatakan awalnya orang-orang perantau asal Tionghoa datang ke wilayah kerajaan Sambas guna menjadi pekerja maupun penambang emas. Tak jauh dari lokasi tersebut, ada sebuah wilayah yang dari bahasa Hakka disebut Seng-Kew-Yong yang berarti kuala dan gunung. Dataran yang kemudian diserap dan disebut Singkawang ini memang terdapat gunung dan pantai, layaknya mirip kuala. Dari ibu homestay tempat saya tinggal pun, sebagian besar air ledeng warga didapat dari mata air gunung. Nah, kedatangan para pendatang ini kemudian mencoba membuka lahan untuk beristirahat atau tempat tinggal sementara. Proses adaptasi dengan masyarakat asli pun terjadi. Waktu itu, sedang terjadi wabah penyakit cacar. Suku asli yang kerap disebut Dayak atau Melayu, sering menjalani ritual. Pendatang Tionghoa yang melihatnya ingin membantu dan bertepatan dengan hari ke-15 penanggalan Cina atau setelah Imlek. Maka bila salah satu adat Dayak membersihkan kampung dengan mengisolasi warga selama 3 hari (kembali saya lupa namanya yang jelas warga kampung tidak boleh keluar kampung selama 3 hari) maka warga Tionghoa melakukan bersih-bersih kota dan Cap Go Meh. Ada kejadian lucu saat warga Tionghoa ingin melakukan ritual penyambutan kedatangan kaisar langit yaitu saat memberitahu kepada petugas kepolisian, sang warga keturunan yang sulit bicara bahasa Indonesia dan menerjemahkannya pun bingung ketika ditanya mau bikin keramaian apa? Jadilah penyebutan "Cap Go Meh" yang terlihat mudah dilafalkan bangsa melayu sehingga digunakan hingga kini.
Untuk sejarah masyarakat etnis singkawang juga bisa dibaca lumayan lengkap di blog ini

Menurut ajaran Tao, Cap Go Meh (nama cap go meh sendiri bukanlah nama asli ritual ini, tapi saya lupa namanya apa karena catatan saya hilang) adalah ritual menyambut kedatangan Kaisar Langit Nyuk Fong Tay Tian Cun Hian Kyung Ko Song Ti yang bermaksud turun ke bumi mengunjungi manusia. Sementara tatung dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Maka biasanya manusia yang bisa menjadi tatung mempunyai 'tulang' keturunan sejak lahir. Seperti Tao Zu A Tjin yang menjadi tatung Dewa Mabuk (kembali saya lupa nama aslinya Dewa Mabuk karena catatan saya hilang) dari garis ayahnya.
Setelah 250 tahun tenggelam, februari 2008 Cap Go Meh kembali digelar. Tao Zu kurang setuju ketika cap go meh disebut 'festival' sebab dari sejarah yang ia ketahui, cap go meh merupakan ritual agama budaya bukan festival. Tapi seiring perkembangan zaman dan penerimaan tradisi Tionghoa di Indonesia yang semakin berkembang, Ritual Agama & Budaya tersebut berkembang dan beradaptasi dengan adat budaya setempat. Bahkan menurut Tao Zu, banyak orang yang ingin menjadi dan belajar jadi tatung. Setiap tahun jumlah ini justru bertambah. Beda halnya dengan koh A Sin yang menjadi tatung Sun Go Kong (kera sakti) yang justru menolak ikut cap go meh. Ia memilih berdiam diri di rumah, bukan karena umur, tapi dari awal memang koh A Sin menolak menjadi tatung berkeliling kota di hari cap go meh. Jadi semisal ada yang membutuhkan jasanya untuk pengobatan, silakan datang ke rumahnya.
Baik Tao Zu A Tjin maupun koh A Sin sangsi dan miris dengan tatung yang ikut cap go meh. Terutama tahun ini (2012) dari 700 tatung yang ikut, ada beberapa yang dianggap 'tidak sesuai' lagi dengan semangat ritual agama dan budaya cap go meh. misalnya ada tatung yang meminum darah hewan atau makan hewan hidup-hidup.
Kemudian muncul pertanyaan saya "Bagaimana membedakan itu dewa langit atau bukan?" Tao Zu menjawab "Gampang saja. Tinggal dilihat saja. Dewa Langit pasti vegetarian, tidak mungkin minum darah hewan apalagi makan hewan hidup-hidup. Kadang nyium bau ciu (arak/alkohol) saja mereka tidak mau."

Suatu malam, setelah menyelesaikan liputan pantai sedau, pulau simping, perkampungan nelayan & pembuatan terasi (terasi paling enak itu buatan ci Susan istri dari Tao Zu) ternyata kami diberikan kesempatan melihat ritual 'konsultasi' pasien/warga dengan tatung Tao Zu. Kemudian, ritual pun dimulai. Diawali dengan membakar dupa, meletakan di altar, lalu Tao Zu mengucap kalimat sambil mengetukan benda dari kayu. Katanya benda ini merupakan pemanggil sang dewa. Pernah suatu hari, Tao Zu tidak berada di rumah, lalu alat pukul mirip asbak atau tempat pulpen ini dimainkan seorang anak dan diketuk-ketuk dengan keras. Tao Zu langsung terkesiap dan pulang ke rumah karena dikira terjadi sesuatu padahal tidak ada yang memberitahu. Kagetlah Tao Zu saat melihat alat tersebut sedang dimainkan seorang bocah. Sejak Saat itu, alat pemanggil tak bisa sembarangan diletakkan Tao Zu.
Usai mengetukkan alat, Tao Zu beralih ke salah satu sisi untuk membunyikan 3 jenis alat yaitu gong dan gendang. Barulah ia kembali ke tengah altar dan berganti pakaian. Maka mulailah arwah dewa Mabuk datang. Mata terpejam, kepala Tao Zu jatuh ke pinggir meja dan bergoyang mirip orang yang sedang geleng-geleng. Arwah pun masuk sempurna. Ketika wajahnya terangkat, suara dan intonasi bicara Tao Zu berubah. Hampir wajahku tak dapat menahan mulutku yang menganga sebab sangat mirip dengan dewa mabuk yang cuek, jahil, nakal di film-film cina Stephen Chow, Jet Lee atau Jackie Chan.
Waktu itu ada 4 orang pasien Tao Zu, keempatnya datang dari 2 keluarga yang berbeda dan menanyakan keinginan yang berbeda pula. Keluarga pertama terdiri dari ibu dan anak laki-lakinya meminta jimat karena hendak ke luar kota/negeri sekaligus peruntungannya. Diselingi menyesap bir dingin, tatung menuliskan tinta huruf pada kertas-kertas tertentu, diberi cap, dilipat, didoakan lagi, lalu diberikan kepada keluarga tersebut sambil diberi wejangan. Beda dengan keluarga yang satu lagi, ibu dan anak perempuannya. Tidak hanya bertanya soal kemudahan dan peruntungan dalam usaha, tapi juga soal jodoh untuk keduanya. Disini saya melihat ada dua kertas yang disatukan, diberi tulisan lalu dicap di tengah-tengah kedua kertas sehingga setiap kertas mendapat bagian yang sama. Mirip seperti liontin hati yang terbelah dua. Lalu si anak perempuan diminta menyimpan separuh lipatan kertas pada dompet, sementara separuh lipatan yang lain dibakar dan diminta mencari kuntum bunga sepatu untuk dibakar bersama dengan bagian kertas itu. Kalau bertanya apa saya mengerti bahasa Mandarin, jawabannya tidak! hehe karena saya diterjemahkan ko Apoh dan putra Tao Zu sehingga mengerti apa yang sedang terjadi.
Kernyitan dahi saya tidak pernah lepas sepertinya selama ritual itu berlangsung, sampai tatung dewa mabuk tiba-tiba menunjuk ke saya dan kameraman sambil bertanya "lho ada apa ini? ini siapa?" saya pun terkesiap. Untung ada ko Apoh di sebelah saya yang langsung bilang "ini dari antv, tv dari jakarta mau melihat Sifu memberi wejangan kepada orang." sang tatung pun menjawab "oh ya ya ya silakan silakan" Leganyaaa......karena kalau sang tatung menolak, alhasil liputan malam itu gagal total!
Kemudian koh Apoh dan putra Tao Zu bertanya apakah saya mau menjajal pertanyaan kepada tatung? Ups! Ya sudahlah kepalang tanggung, hajar saja demi pekerjaan sekaligus rasa penasaran saya. Usai pasien tatung selesai bertanya dan saat tatung rehat minum, putra Tao Zu pun menanyakan kesediaan tatung untuk membaca peruntungan saya. Dengan diterjemahkan saya bertanya bagaimana peruntungan saya di tahun naga air ini. Usai memberitahukan shio, tanggal lahir dan jam kelahiran tanpa menunggu lebih dari 5 detik tatung menjawab "banyak hati-hati dan bersabar tahun ini karena banyak masalah, banyak orang menggunjing dan memperbincangkanmu. Diam saja jangan ditanggapi nanti masalah membesar. Waspada bila bepergian ke luar kota." kemudian dengan membalik pena tinta, tatung menggoreskan huruf di kening saya, berdoa dan bertanya "butuh jimat?" Saya pun menggeleng dan minta didoakan saja agar lancar dan baik-baik saja tahun ini. Ia mengangguk kemudian melihat kertas kuning yang telah ditulis lalu memberikan kepada saya untuk dibakar di tunggu bakar uang di halaman vihara.

untuk link youtube liputan "Tatung yang Sebenarnya" bisa dilihat disini

Entah percaya entah tidak, memang perjalanan ke singkawang butuh ekstra sabar dan hati-hati. Tidak hanya masalah tiket, tapi juga diperjalanan. Motor yang digunakan sempat mogok, bahkan di pontianak saya sempat jatuh dari motor. Tapi jauh dibalik kesabaran itu, banyak hikmah yang saya dapat diantaranya keramahan penduduk, dapat banyak teman, dan perut saya tidak pernah kosong karena setiap rumah yang dikunjungi pasti memberikan makanan dan ada pantangan di masyarakat singkawang-sambas, tidak boleh menolak makanan yang disuguhkan terutama kopi dan nasi. Tidak hanya menyinggung pemilik rumah, tapi kita sendiri bisa sial alias amsyong. Jadi mending disentuh atau dicecap meski cuma secuil atau seteguk. Jadilah pulang ke jakarta berat badan saya naik. Untuk pembahasan makanan, akan saya bahas sendiri dalam blog ini juga.

Singkawang sebuah kota di atas awan.

10 comments:

  1. bagi doong data mentahnyaaaaaaa hahahahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Buat saudara punya permasalaha ekonomi: hub aki adipati karna sy sd membuktikan bantuan
      Aki adipati yg berminat tlp di no 081 333 455 366

      Delete
  2. Makasih Blanche, berita panjang...tanya FPI itu yang suka ngawur yak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل

      KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


      KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.الالله صلى الله عليه وسلموعليكوتهله صلى الل


      Delete
  3. sama-sama, pak De..iya ini baru perjalanan saja belum soal makanan. foto-foto juga belum sempat di-upload. Betul itu FPI merusak saja terlalu mudah bilang haram.. padahal mereka sendiri belum tentu benar..

    ReplyDelete
  4. data mentah apalagi, mak? kan udah semua ada di blog mulai dari data nama, tempat, link youtube liputan, link web, tinggal foto dan soal makanan aja ya...hehehe

    ReplyDelete
  5. FPI haram jadah hehehe, aku pernah lihat di TV sini, mereka yang pake putih² dan teriak JIHAD²...lha mau JIHAD kok ngajak orang...aku pernah diundang, kuhapus, agama adalah agama, tetapi kita kan harus menghargai agama lain..dan pengikutnya, Blance apakabar, sekarang dimana??

    ReplyDelete
  6. bener itu, pak De! Ngomong JIHAD tapi tubuh penuh tatto mulut bau bir. HUH! Aku di kantor, pak... biasa kerja di hari libur...hehehe Nyepi di kantor.. Pak De apa kabar? Sudah jalan-jalan lagi? hehe

    ReplyDelete
  7. Oh di Betawi lagi, dah pulang, jalan ya masih pake tongkat Blance!!!
    Timik timik koyo bocah cilik...hehehe, maunya naik Sepeda Motor, beh izin jalan dah habis...cuaca dari tadi dah bagus +15°C seharian Matahari burung² berkicau, pohon² dah nongol kecil...cewek² dah pada pake Mini........uhuy.........

    ReplyDelete
  8. ihiiiyyy...sudah masuk musim semi ya, pak De? kaki boleh pake tongkat, mata kan bisa kriyep-kriyep adem tenan e...lihat bunga & bunga desa mulai bersemi...hihihi

    ReplyDelete