Wednesday 26 December 2007

LOVEABLE ISLAND AT EAST INDONESIA

Ternate adalah sebuah pulau di maluku tengah. Fasilitas penerbangan setiap hari, membuat kita bisa langsung tiba di kota ternate dengan pesawat yang transit melalui makasar atau manado. Ada dua jadwal penerbangan dari dua maskapai penerbangan di Indonesia setiap harinya. Pulau ternate tidak terlalu besar sekitar lebih dari 40ribu km2. Pemandangan pertama yang wajib dan pasti terlihat adalah kemegahan gunung gamalama.

 

GUNUNG GAMALAMA

Untuk tiba di lereng gunung gamalama butuh waktu sekitar satu jam perjalanan dengan kendaraan bermotor. Ada tempat rumah makan yang (kata pemiliknya) mau dijadikan penginapan juga di lereng gunung. Pemiliknya adalah petani cengkeh termuda di ternate. Dari villanya, kita bisa melihat pemandangan kota ternate sekaligus laut lepas. Sementara tepat di halaman belakang villa membentang kebun cengkeh dan pala yang ditanam berselang-seling. Ternate memang dikenal dengan cengkehnya yang terbaik. Ketinggian lokasi ini sekitar 700 meter dpm. Dingin banget udara disini. Untuk sampai ke puncak gunung gamalama bisa dua jam dan harus jalan kaki non stop.

 

CENGKEH AFO

Dari villa, saya berjalan ke atas melalui jalur ake tege-tege artinya air yang mengalir. Di perjalanan saya memang ketemu pipa-pipa air sederhana yang mengalirkan air dari mata air di gunung gamalama (yang keluar dari celah bebatuan) ke rumah-rumah penduduk. Melewati tebing terjal, saya tau bahwa pohon-pohon cengkeh di ternate memang tumbuh secara alami di tebing terjal. Dan diselingi pohon pala. Sebab akar cengkeh tidak begitu kuat dan bisa menyebabkan longsor. Maka buat menjaga pohon cengkeh, ada pohon pala yang akarnya cukup kuat. (tapi bicara soal pala, the best pala’s story akan kuceritakan di perjalanan ke bandanaira)

Sekitar satu jam perjalanan sambil melewati jembatan dan sedikit rumpun bambu, akhirnya tiba juga di pohon cengkeh tertua, orang ternate menyebutnya cengkeh afo. Umur pohon cengkeh ini lebih dari 400 tahun. Dan ini adalah pohon cengkeh yang kedua. Karena pohon cengkeh yang paling tua (lebih dari 800 tahun) sudah tumbang dan tinggal akarnya saja (katanya) terlebih lagi lokasinya lebih jauh karena hampir di puncak gunung gamalama dengan lokasi yang lebih terjal, tentunya. Tinggi pohon cengkeh ini lebih dari dua puluh meter. Dan masih berbuah. Setahun para petani cengkeh bisa panen tiga kali. Meski setiap hari cengkeh pasti berbuah. Bunga cengkeh paling banyak bila di musim panas. Lagipula penjemuran cengkeh di musim panas lebih cepat dibanding musim penghujan. Harga cengkeh pun naik turun. Sekitar 20-30 ribu rupiah per kilogramnya. Para petani cengkeh ternate masih menggunakan cara lama untuk memanen cengkeh yaitu dipanjat tanpa menggunakan alat bantu seperti tangga. Dan tanpa alat pengaman seperti tali atau helm. Masing-masing pemetik cengkeh membawa tas ransel anyaman (mirip pemetik teh) sebagai tempat cengkeh. Satu tas mereka bisa membawa 5 hingga 10kg cengkeh.

Cengkeh yang baik yang masih kuncup atau belum mekar berwarna hijau kekuningan. Karena rasa dan wanginya akan beda setelah kering. Begitu juga khasiatnya. Oh ya, cengkeh baru panen setelah dikeringkan beratnya akan berkurang bisa setengahnya. (mirip kopi) Manfaat cengkeh biasanya untuk obat. Kalau di ternate, katanya bisa buat obat gosok. Tapi saya tidak sempat coba karena tidak ketemu barangnya. Atau bisa juga buat campuran minuman penghangat, dan masakan tentunya. Manfaat cengkeh tertua saya tahu di cina digunakan para pembantu raja yang mengunyah cengkeh supaya nafas mereka harum sebelum menghadap raja.

 

WISATA BENTENG

Sekitar abad ke-15 terjadi ekspansi besar-besaran bangsa eropa ke asia. Salah satunya tersesat dan mampir di ternate. Tapi bangsa portugis justru jatuh cinta sama pulau kecil ini karena pohon cengkeh tumbuh subur di gunung gamalama. Mereka pun membangun benteng.

 

BENTENG TOLUKKO – dibangun sekitar abad 16. Lokasinya ada di daerah dufa-dufa yaitu salah satu pelabuhan di ternate. Letaknya agak di atas bukit sehingga bisa melihat pemandangan pelabuhan dan pantai. Sedangkan jika melihat ke atas akan terlihat kemegahan gunung gamalama. Letaknya yang strategis memungkinkan portugis mengawasi pelabuhan sekaligus kekayaan cengkeh di gunung gamalama. Agak unik, arsitektur benteng tolukko mirip salah satu organ vital wanita. Katanya sih karena kecintaan si pemimpin portugis akan kekaguman dan kerinduannya dengan istrinya jadi bangunan benteng tolukko mirip organ vital wanita. Tapi saat teman kameraman saya mengambil gambar benteng dari bawah, kok rada mirip organ vital laki-laki ya?

 

FORT DE ORANJE – benteng oranye yang dibangun belanda. Letaknya persis di tengah kota ternate. Sepertinya ciri khas belanda banget ya karena gampang mengawasi pribumi. Setiap sudut benteng pasti ada meriamnya. Dan jika dilihat detail di tubuh meriam masih tergrafir angka romawi yang sepertinya tahun pembuatan atau peletakan meriam tersebut. Ada yang unik. Di lantai dua benteng ini, ada sumur. Lucunya air di sumur ini lebih tinggi dari jalanan di depan benteng. Makanya masyarakat menyebutnya sumur gantung. Sayang benteng ini kurang terawat. Terlebih setelah digunakan markas TNI dan di lantai atas justru ada penduduk yang membangun rumah dari seng dan triplek.

 

BENTENG KALAMATA

Letaknya tepat di pinggir laut. Pemandangan laut lepas terutama pemandangan pulau tidore (yang disebut saudara kembar ternate) membentang tepat di belakang benteng. Sisi-sisi dinding benteng banyak terdapat cangkang karang yang menempel sekaligus tempat ikan-ikan warna-warni bercengkerama. Arsitektur benteng ini begitu terbuka. Agak mirip dengan benteng tolukko karena sama-sama dibangun oleh portugis. Hanya saja menjadi rebutan inggris dan belanda. Sedangkan spanyol lebih memilih untuk membangun benteng ke tidore sehingga terhindar dari peperangan. Arsitektur benteng kalamata lebih simetris dan agak kaku.

 

Dari 3 benteng yang saya kunjungi, saya  mengagumi kebesaran pulau kecil di tanah maluku yang membuat para bangsa penjajah berebut kekuasan dan rela berperang bertaruh nyawa agar bisa memonopoli pasar cengkeh di dunia. Dari literatur saya tahu bahwa cengkeh terbaik memang masih berasal tanah ternate yang tumbuh subur secara alami.

 

BATU ANGUS

Selain wisata sejarah, ternate juga menyimpan keindahan alam. Hasil letusan gunung gamalama yang terdahsyat hingga menenggelamkan dua desa menjadikan dua danau yang indah. Tapi saya tidak sempat ke sana. Saya hanya sempat mengagumi keindahan batu angus yaitu hasil lelehan lava beku yang dingin dan berwarna hitam. Hasil letusan ini mengalir hingga ke tepi pantai. Waktu itu saya diajak menyusuri jalan setapak yang dibuat hingga ke pinggir tebing. Pemandangannya indah sekali. Meski tinggi di atas tebing, saya bisa melihat jernihnya air laut. Panas terik, terlebih diantara batu hitam, seperti tak terasa karena angin sepoi yang berhembus.

 

PANTAI SULAMADAHA

Setelah mengagumi keindahan batu angus, saya diajak berenang ke pantai sulamadaha. Tapi bukan sembarang pantai. Ada tempat yang bernama HOLE karena seperti cekungan dan dalam seperti tanjung dengan tepi karang yang tajam. Tanpa memperdulikan sekitar, saya langsung terjun dan menikmati dinginnya air laut. Karena tidak membawa kacamata renang, saya tidak bisa melihat dasar laut yang dalamnya bisa mencapai 20 meter. Tapi saya diajak ke tep HOLE dan bisa melihat pasir putih di dasar, termasuk pemandangan laut seperti bulu babi, bintang laut, ikan warna-warni dan karang muda.

 

TENUN TERNATE

Tenun ternate tidak terlalu khas. Motif dan warnanya pun mengikuti perkembangan zaman dan keinginan pemesan. Pengerjaannya masih sederhana seperti penenun lainnya di Indonesia. Seperti membuat sarung secara tradisional.

 

BESI PUTIH

Kerajinan perhiasan yang bisa buat oleh-oleh adalah besi putih. Asal besi putih ini ada di daerah kepulauan Morotai yang dahulu pernah menjadi Pearl Harbour tentara sekutu. Ceritanya banyak bangkai pesawat yang masih ada di dasar laut halmahera. Dari situlah bahan dasar besi putih didapat. Penjualnya menjamin tidak akan berkarat seumur hidup. Tak hanya kalung, gelang, anting atau liontin. Bagi yang suka barang antik, saya ditawari liontin tentara berbentun persegi panjang dengan grafir timbul nama-nama tentara sekaligus identitas mereka seperti nomor regu, nama, alamat, tanggal lahir, golongan darah, bahkan ada yang bergrafir nama pasangan mereka. Harga lebih mahal. Kalau perhiasan biasa mulai dari 20 ribu hingga 70 ribu rupiah, liontin tentara luar negeri ini dipatok 200 ribu-an per liontinnya saja. Agak berkarat dan lumutan tapi tinggal direndam dengan pemutih maka akan kinclong lagi.

 

WOKU IKAN

Bagi penggemar makanan, woku ikan bisa jadi menu andalan. Ini adalah masakan sashimi dengan bumbu Indonesia. Nama ikan lautnya saya lupa. Yang jelas, ikan tersebut dicuci bersih, dipotong dadu, direndam air asam seperti jeruk nipis dan garam. Lalu nanti dicampur dengan bumbu pedas yang telah ditumis dan daun kemangi. Tapi rasanya tidak amis sama sekali. Makannya pake sagu bakar atau singkong rebus yang namanya kasbi. Sambil memandang laut dan matahari tenggelam, bisa lupa segalanya deh! Tapi kalau tetap merasa eneg karena tidak terbiasa ada air GURAKA yaitu campuran air gula merah dengan rempah seperti cengkeh, kayu manis dan jahe. Kalau makanan lain mirip ambon dan papua yaitu papeda. Sagu kental yang dimakan dengan kuah ikan asam, sejenis ikan sale.

No comments:

Post a Comment